Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham emiten pelat merah atau BUMN masih mencatatkan kinerja jeblok pada awal 2025. Pekan ini, terdapat momen-momen yang terkait dengan saham-saham pelat merah, salah satunya pengumuman pengurus superholding BUMN, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks BUMN atau IDX BUMN 20 ambruk. Pada akhir pekan lalu, Jumat (21/3/2025) melorot 3,32% ke level 299,75. IDX BUMN 20 pun turun 15,18% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Sejumlah saham pelat merah pun berkinerja jeblok. Saham himpunan bank milik negara (Himbara) seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) misalnya melorot 22,63% YtD ke level Rp4.410 per saham pada perdagangan akhir pekan lalu.
Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 9,31% YtD ke level Rp3.700. Lalu, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 13,33% YtD ke level Rp3.770 per saham.
Selain itu, deretan saham pelat merah lainnya seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melorot 14,76% ytd ke level Rp2.310 per saham dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) ambles 35,56% ytd ke level Rp2.120 per saham.
Baca Juga : Arah IHSG Jelang Pengumuman Pengurus Danantara |
---|
Pada pekan ini, terdapat sejumlah momen yang akan menyertai saham-saham pelat merah, seperti pengumuman pengurus BPI Danantara dan gelaran RUPST. Sebagaimana diketahui, BPI Danantara merupakan sovereign wealth fund (SWF) Indonesia yang menjadi superholding bagi tujuh BUMN dengan total aset yang dikelola mencapai US$900 miliar.
Nantinya, seluruh BUMN akan dikelola oleh Danantara. Adapun, tujuh BUMN di antaranya yaitu BMRI, BBRI, BBNI, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), TLKM, dan MIND ID.
Sementara, CEO BPI Danantara Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan struktur kepengurusan lembaga baru tersebut akan diumumkan pada hari ini, Senin (24/3/2025).
“[Struktur organisasi Danantara akan diumumkan] Senin jam 12 siang,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (21/3/2025).
Sebelumnya, Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai Danantara sebagai super holding BUMN memang menjadi sorotan pasar. Namun, kehadiran Danantara dinilai belum cukup kuat untuk menarik minat investor asing maupun menggerakkan pasar.
Dia mengatakan pelaku pasar masih menunggu kepastian mengenai susunan manajemen Danantara dan strategi pengelolaannya ke depan. Lebih lanjut, dia melihat bahwa saham-saham BUMN khususnya big caps masih mengalami tekanan jual yang cukup besar.
"Apabila valuasinya sudah terlalu rendah, ada kemungkinan investor akan melihat ini sebagai peluang bargain hunting, terutama bagi emiten yang memiliki fundamental kuat dan potensi dividen menarik," ucapnya.
Pada pekan ini, deretan emiten Himbara sebagai penopang indeks BUMN pun akan menggelar RUPST. BBRI akan menjadi yang pertama menggelar rapat pada Senin (24/3/2025).
Adapun BMRI mengadakan RUPST pada Selasa (25/3/2025), diikuti BBNI dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang dijadwalkan pada 26 Maret 2025. Dalam gelaran RUPST salah satu mata acara yang dibahas adalah tebaran dividen untuk tahun buku 2024.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai pelemahan pada awal 2025 memang terjadi dipengaruhi juga oleh kinerja keuangan yang kurang memuaskan dari Himbara, yang menjadi kontributor utama indeks.
Berdasarkan laporan keuangan, BBRI misalnya membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada entitas pemilik sebesar Rp60,15 triliun per 2024, hanya tumbuh 0,09% secara tahunan (year on year/YoY).
Lalu, laba bersih BMRI mencapai Rp55,78 triliun per 2024, naik 1,31% YoY. Kemudian, laba bersih BBNI naik 2,65% YoY menjadi Rp21,46 triliun per 2024.
"Pertumbuhan laba yang tipis menunjukkan tekanan dari biaya dana tinggi serta pelambatan pertumbuhan kredit," katanya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Meski begitu, menurutnya indeks berpotensi rebound jika ada perbaikan fundamental, seperti pemulihan konsumsi, stimulus fiskal, atau kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif. Selain itu, indeks bisa rebound apabila ada perbaikan aliran dana asing ke saham-saham perbankan berkapitalisasi besar atau big caps.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.