Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diproyeksi Melemah Menyusul Aksi Jual di Wall Street

Bursa saham Asia diperkirakan melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (19/3/2025), mengikuti tren penurunan di Wall Street.
Papan informasi saham Stock Exchange of Thailand (SET) yang ditampilkan di bangkok, Thailand pada Senin (26/10/2020). / Bloomberg-Taylor Weidman
Papan informasi saham Stock Exchange of Thailand (SET) yang ditampilkan di bangkok, Thailand pada Senin (26/10/2020). / Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia diperkirakan melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (19/3/2025), mengikuti tren penurunan di Wall Street setelah aksi jual besar-besaran di sektor teknologi menunjukkan bahwa investor mulai mengurangi eksposur terhadap aset berisiko di AS.

Melansir Bloomberg, kontrak berjangka indeks saham di Sydney, Tokyo, dan Hong Kong menunjukkan pembukaan yang lebih rendah. Sementara itu, kontrak saham AS relatif stabil setelah indeks utama melemah pada Selasa, dengan saham teknologi mencatat level terendah sejak September.

Investor kini mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga AS menjelang keputusan Federal Reserve pada Rabu dan mencari kejelasan di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik. Obligasi pemerintah AS sedikit menguat setelah lelang obligasi 20 tahun senilai $13 miliar mendapat respons positif.

Survei terbaru Bank of America Corp. menunjukkan bahwa investor memangkas kepemilikan saham AS dalam jumlah terbesar dalam sejarah, sementara tingkat kas yang dipegang meningkat.

Hanya sebulan lalu, pasar masih optimistis bahwa kebijakan pemerintahan Trump akan mendorong pertumbuhan. Namun, skenario ini kini terancam jika ekonomi melambat dan investasi besar dalam kecerdasan buatan (AI) gagal memberikan hasil yang diharapkan.

Bret Kenwell dari eToro mengatakan saham yang menjadi favorit investor mengalami tekanan berat, sehingga berdampak signifikan pada sentimen pasar.

“Dalam sejarahnya, kondisi seperti ini sering kali menjadi sinyal pembentukan titik terendah jangka pendek di pasar AS, meskipun belum ada indikasi panic selling  yang biasanya mendahului pembalikan tren,” ungkapnya.

Di Asia, bank-bank China bersiap untuk memangkas suku bunga pinjaman ke level terendah dalam sejarah sebagai bagian dari langkah pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Beijing berupaya meningkatkan konsumsi domestik agar ekonomi lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung pada ekspor.

Di Jepang, yen menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di antara negara-negara G10 pada Selasa, seiring sikap pelaku pasar menghadapi keputusan Bank of Japan, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan.

Pasar Fokus ke The Fed

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dalam keputusan yang akan diumumkan pada Rabu. Proyeksi ekonomi terbaru akan menjadi sorotan utama bagi investor yang ingin memahami arah kebijakan moneter ke depan.

Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell juga akan diawasi ketat, terutama terkait keseimbangan antara kebijakan ekonomi dan dampak kebijakan perdagangan Trump.

Di tengah gejolak pasar saham, muncul spekulasi bahwa The Fed akan memberikan sinyal dukungan bagi investor. Namun, menurut ekonom Bloomberg, harapan ini kemungkinan tidak akan terwujud.

Lauren Goodwin dari New York Life Investments mengatakan inflasi yang masih tinggi dan ekspektasi inflasi yang meningkat membuat The Fed enggan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

 “The Fed kemungkinan baru akan bertindak jika terjadi pelemahan signifikan dalam kondisi keuangan dan prospek ekonomi,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper