Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.447 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (13/3/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik tipis 0,03% atau 4,5 poin ke posisi Rp16.447 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,07% ke posisi 103,515.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,04%, dolar Singapura menguat 0,07%, yuan China menguat 0,01%, baht Thailand menguat 0,11%, won Korea menguat 0,14%, rupee India menguat 0,02%, dan dolar Taiwan menguat sebesar 0,04%.
Sementara itu, mata uang lainnya yakni peso Filipina melemah 0,03%, ringgit Malaysia melemah 0,10%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi memprediksi bahwa mata uang rupiah pada hari ini, Kamis (13/3/2025) akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.440-Rp16.500 per dolar AS.
Dia mengatakan bahwa pada perdagangan kemarin, Rabu (12/3/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 43 poin ke level Rp16.452 setelah sebelumnya melemah 60 poin ke level Rp16.408.
Ibrahim mengatakan bahwa para pedagang bersiap untuk data indeks harga konsumen utama, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi dan dapat memberikan wawasan tentang keputusan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang.
Menurutnya, pasar khawatir dengan agenda tarif Trump yang akan mendukung inflasi dan mencegah Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. Fed dijadwalkan bertemu pada 18-19 Maret untuk memutuskan suku bunga.
Dia menjelaskan bahwa pejabat Fed telah mengindikasikan bahwa pemotongan suku bunga jangka pendek tidak mungkin terjadi, menekankan kewaspadaan atas risiko inflasi, terutama mengingat kebijakan tarif Trump baru-baru ini.
Ibrahim mengatakan bahwa pasar khawatir dengan tarif Trump akan mendukung inflasi setelah tarif baja dan aluminium Trump sebesar 25% mulai berlaku. Tarif 25% Presiden AS Donald Trump untuk semua impor baja dan aluminium AS mulai berlaku pada Rabu ini, yang meningkatkan ketegangan perdagangan global.
"Langkah ini memengaruhi berbagai macam produk, mulai dari komponen mesin industri hingga barang sehari-hari seperti kaleng soda," katanya dalam riset, Rabu (12/3/2025).
Sebelum pemberlakuan, dia mengungkap bahwa Trump sempat mengusulkan peningkatan tarif impor baja dan aluminium Kanada menjadi 50%. Eskalasi ini merupakan reaksi terhadap pembatasan perdagangan baru.
Namun, setelah diskusi antara Perdana Menteri Ontario Doug Ford dan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Ontario setuju untuk menangguhkan biaya tambahan sebesar 25% atas ekspor listrik ke AS. Akibatnya, pemerintahan Trump membatalkan usulan kenaikan tarif sebesar 50%, dan mempertahankan tarif yang berlaku saat ini sebesar 25%.