Bisnis.com, JAKARTA — Emiten yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk. (PTRO) membukukan penurunan laba bersih kendati pendapatan perseroan meningkat sepanjang 2024.
Berdasarkan laporan keuangan 2024, PTRO merah pendapatan US$690,81 juta atau meningkat 19,59% year-on-year (YoY) dari US$577,61 juta pada 2023.
Pendapatan PTRO bersumber dari konstruksi dan rekayasa US$299,17 juta, penambangan US$290,15 juta, jasa US$34,62 juta, lain-lain US$2,68 juta, serta penjualan batu bara US$64,17 juta.
Berdasarkan kliennya, pendapatan terbesar PTRO pada 2024 bersumber dari PT Freeport Indonesia US$166,09 juta, PT Kideco Jaya Agung US$125,97 juta, dan BP Berau Ltd. US$69,39 juta.
Pada saat yang sama, beban usaha langsung Petrosea meningkat dari US$495,51 juta pada 2023 menjadi US$600,52 juta pada 2024. Ditambah lagi, PTRO menanggung beban penjualan dan administrasi US$51,62 juta, beban bunga dan keuangan US$25,89 juta, dan beban pajak final US$9,71 juta.
Alhasil, PTRO membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$9,69 juta pada 2024. Laba bersih PTRO itu tergerus 20,74% YoY dari US$12,2 juta pada 2023.
Dalam perkembangan sebelumnya, Petrosea mengamankan kontrak jasa pertambangan dengan nilai perjanjian sekitar Rp4,03 triliun.
Sekretaris Perusahaan PTRO Anto Broto mengatakan perseroan telah menandatangani perjanjian jasa pertambangan dengan PT Bara Prima Mandiri dan PT Niaga Jasa Dunia pada 26 Februari 2025 lalu.
Dalam perjanjian ini, PTRO selaku kontraktor jasa pertambangan, BPM selaku pemegang izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP-OP), dan NJD selaku perusahaan yang ditunjuk oleh BPM untuk mengoperasikan tambang.
“Perjanjian ini akan berlaku sejak tanggal efektif term sheet yaitu 5 November 2024 sampai dengan 31 Desember 2032,” kata Anto lewat keterbukaan informasi, Kamis (27/2/2025).
Anto mengatakan kontrak anyar ini menjadi upaya perseroan untuk meningkatkan pendapatan dan nilai pengembalian investasi kepada pemegang saham.
Seperti diketahui, estimasi produksi lapisan penutup dari proyek ini mencapai 135,46 juta BCM dan produksi batu bara sebesar 7,53 juta ton.
“Memberikan dampak positif terhadap kelangsungan usaha perseroan serta meningkatkan kinerja keuangan dan operasional perseroan,” kata Anto.