Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BEI Buka Suara Usai OJK Tunda Short Selling

Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara usai OJK menunda penerapan transaksi short selling.
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mafhum selepas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memutuskan untuk menunda penerapan transaksi short selling. 

Iman menuturkan kondisi pasar saat ini belum mendukung untuk penerapan jenis transaksi tersebut. Kendati, kata Iman, tujuan penyusunan short selling sebelumnya untuk meningkatkan likuiditas pasar. 

“Memang kalau lihat kondisi hari ini memang belum tepat, sehingga diputuskan OJK ada penundaan, kita akan lihat lagi bagaimana kondisi berikutnya,” kata Iman saat konferensi pers di BEI, Jakarta, Senin (3/3/2025).

Di sisi lain, Iman menuturkan, otoritas bursa telah menghimpun minat 27 anggota bursa (AB) yang ingin memfasilitas transaksi short selling tersebut.

Selain itu, dia menambahkan, terdapat 9 AB yang telah masuk proses onboarding untuk transaksi tersebut.

Rencanannya, otoritas bursa bakal menerapkan transaksi short selling reguler dan intraday short selling bulan depan.

Bursa menargetkan transaksi short selling yang akan diterapkan dapat menaikan likuiditas bursa 2% hingga 3%.

“Kalaupun [short selling] dilaksanakan hanya pada saham-saham LQ45 berlaku untuk investor ritel domestik saja,” kata Iman.

Seperti diberitakan sebelumnya, OJK memutuskan untuk menunda penerapan transaksi short selling dan intraday short selling selepas mendapat masukan dari pelaku pasar modal.  

Selain itu, OJK bersama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal mengkaji opsi pembelian kembali saham (buyback) saham tanpa lewat persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

“Dari sisi regulator kami menangkap konsen stakeholder pasar modal pada tekanan IHSG belakangan ini,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi saat konferensi pers di BEI, Jakarta, Senin (3/3/2025).

Seperti diketahui, IHSG sempat ditutup anjlok 3,31% menjadi menjadi 6.270 pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (28/2/2025). Level IHSG tersebut merupakan yang terendah dalam 4 tahun terakhir, sejak 2021.

Di level itu, IHSG sudah jeblok 11,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025. Investor asing pun lari dari pasar saham Indonesia dengan catatan nilai jual bersih atau net sell sebesar Rp2,91 triliun pada perdagangan akhir pekan lalu.

Alhasil, sepanjang tahun berjalan atau dalam 2 bulan awal 2025 net sell asing mencapai Rp21,89 triliun di pasar saham Indonesia.

Belakangan, IHSG berhasil rebound setelah lama terkoreksi. IHSG menguat 3,97% ke level 6.519,65 pada penutupan perdagangan Senin (3/3/2025).

Tercatat, 454 saham menguat, 162 saham melemah, dan 180 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau naik ke posisi Rp11.322 triliun.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper