Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diprediksi Lesu, Investor Cermati Komentar Trump Soal Tarif

Bursa Asia diperkirakan melemah pada perdagangan Kamis (27/2) karena rincian tarif baru dari Presiden AS Donald Trump meningkatkan ketidakpastian pasar.
Papan informasi saham Stock Exchange of Thailand (SET) yang ditampilkan di bangkok, Thailand pada Senin (26/10/2020). / Bloomberg-Taylor Weidman
Papan informasi saham Stock Exchange of Thailand (SET) yang ditampilkan di bangkok, Thailand pada Senin (26/10/2020). / Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia diperkirakan melemah pada perdagangan Kamis (27/2/2025) karena rincian tarif baru dari Presiden AS Donald Trump memperpanjang permintaan risiko yang lesu di pasar global. 

Melansir Bloomberg, ekuitas berjangka untuk Jepang, Australia dan Hong Kong terpantau menurun. Indeks S&P 500 tidak berubah banyak pada penutupan Rabu waktu AS, menghapus kenaikan intraday. Sementara itu, indeks Nasdaq 100 berhasil naik 0,2%.

Suasana suram mencerminkan komentar Trump bahwa pemerintahannya akan mengenakan tarif sebesar 25% pada Uni Eropa. Presiden mengatakan bahwa pungutan yang diumumkan sebelumnya terhadap Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 2 April.

Rentetan berita tarif menyebar ke seluruh pasar mata uang, mengangkat dolar AS dan membendung aksi jual dolar Kanada dan peso Meksiko, serta memperluas ketidakpastian yang telah melemahkan ekuitas dan mata uang kripto sepanjang minggu ini.

Penelitian baru menunjukkan bahwa tarif terbaru Trump terhadap impor dari China mungkin akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap perekonomian Amerika daripada yang ditunjukkan oleh data perdagangan resmi AS.

Marvin Loh dari State Street mengatakan pernyataan yang agak kontradiktif dari pemerintah Trump mengenai waktu dan tingkat tarif meningkatkan ketidakpastian di kalangan investor. 

“Perdebatan berlanjut mengenai apakah presiden akan kembali menunda dan mempermudah rencananya, atau apakah ini adalah awal dari retorika agresif," jelas Loh seperti dikutip Bloomberg.

Di Asia, yen diperdagangkan sekitar 149 per dolar AS setelah mengakhiri sesi Rabu dengan sedikit perubahan. Pejabat pemerintah Jepang pada Rabu mengindikasikan bahwa dia tidak memiliki masalah dengan meningkatnya ekspektasi pasar atas kenaikan suku bunga Bank of Japan, yang pada minggu ini membantu mengirim yen ke level tertinggi dalam empat bulan. 

Di tempat lain, Australia akan merilis data belanja modal swasta sementara Makau akan mempublikasikan angka hunian hotel.

Sementara itu, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 akan bertemu di Cape Town. Di Eropa, angka kepercayaan konsumen Zona Euro akan dirilis pada Kamis malam, begitu pula produk domestik bruto AS dan klaim pengangguran awal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper