Bisnis.com, JAKARTA—Emiten perkebunan dan pengolahan kelapa sawit Grup Rajawali, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT), siap menyalurkan pasokan produk olahan kelapa sawit seperti CPO ke Unilever.
Sekretaris Perusahaan BWPT Rizka Dewi Sulistyorini menyampaikan perusahaan telah menyelesaikan berbagai persyaratan untuk memasok produk sawit ke Unilever. Adapun, penilaian persyaratan tersebut dilakukan oleh pihak ketiga.
“Hal ini bisa semakin menunjang kinerja perseroan ke depan. Unilever memberikan standar yang ketat terkait penelusuran pasokan CPO. Dengan terpenuhinya syarat tersebut membuka peluang pasar [CPO] yang baru,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (26/2/2025) malam.
Pada awal tahun ini, Unilever memberikan apresiasi kepada BWPT atas transparansi dan implementasi No Deforestation, No Peat Development, and Exploitation (NDPE) dalam proses on-boarding yang sedang berjalan.
Rizka pun optimistis pasar CPO di Uni Eropa semakin membaik seiring dengan kemenangan sengketa dagang Indonesia di Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (Dispute Settlement Body World Trade Organization/DSB WTO).
Meskipun BWPT tidak melakukan pengapalan ke luar negeri langsung, tetapi pasokan CPO perseroan masuk ke perusahaan eksportir di Tanah Air. Tingkat ketelusuran produknya pun jelas sehingga dapat menembus pasar mancanegara.
Baca Juga
Sebagai informasi, Indonesia memenangkan sengketa dagang akan diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit RI. Putusan Panel WTO itu disampaikan pada 10 Januari 2025.
Sementara itu, Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi menilai perusahaan berupaya memenuhi kebijakan NDPE dan senantiasa berinovasi dalam mewujudkan praktik minyak sawit yang berkelanjutan.
"Kami sangat antusias untuk bermitra dan segera dapat memulai memenuhi pasokan produk kelapa sawit kami ke dalam rantai pasok Unilever serta berkontribusi untuk ketersediaan pasar dan produk-produk berkelanjutan baik domestik maupun global,” paparnya dalam siaran pers.
Henderi berharap dengan terjalinnya kolaborasi BWPT dan Unilever, ke depannya kedua perusahaan dapat mengeksplorasi program kerja sama yang lebih kuat untuk mendorong terwujudnya pasar produk sawit yang berkelanjutan.
BWPT juga berupaya menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan aspek ekonomi, lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam seluruh kegiatan operasionalnya.
Hal ini tercermin melalui sertifikasi RSPO dan ISPO yang diperoleh oerusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun, menuju progres 100%. Hingga saat ini, EHP telah berhasil mendapatkan 3 sertifikat RSPO dan 10 sertifikat ISPO.
Pusat kegiatan operasional BWPT berada di Sumatera, Kalimantan dan Papua dengan total luas lahan perkebunan yang mencapai 87.000 hektare. Total kapasitas pabrik kelapa sawit sebesar 2,2 juta ton tandan buah segar (TBS) per tahun.
Di sisi lain, Unilever menyampaikan untuk memastikan rantai pasokan perusahaan bebas deforestasi, pihaknya menelusuri semua bahan baku ke tempat dimana mereka tumbuh, sesuai dengan konsep NDPE sekaligus meningkatkan praktik pertanian.
“Serta mendukung seluruh supplier termasuk petani swadaya, dalam bertransformasi secara traceability, transparansi, data disclosure, serta program restorasi dan konservasi,” tambah Unilever.