Bisnis.com, JAKARTA — Verdhana Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk PT Indika Energy Tbk. (INDY) dengan target harga Rp2.000 per saham. Target harga itu dikoreksi cukup lebar dari posisi sebelumnya di angka Rp2.510 per saham.
Analis Verdhana Sekuritas Michael Wildon Ng dan Edward Prima berpendapat kenaikan harga emas global serta kemajuan proyek Awak Mas Gold di bawah Nusantara Resources bakal memberikan eksposur yang signifikan bagi INDY tahun depan.
“Menurut pandangan kami, dengan potensi produksi emas lebih dari 100.000 oz per tahun, sebanding dengan proyek Tujuh Bukit Gold milik MDKA,” tulis Michael dan Edward seperti dikutip dari riset, Kamis (20/2/2025).
Berdasarkan hitung-hitungan Verdhana, proyek Awakmas memiliki net present value atau NPV sebesar US$757 juta, dengan internal rate of return (IRR) proyek sebesar 25% dan periode pengembalian investasi selama 3 tahun.
Hitung-hitungan itu berdasar pada total belanja modal pengembangan proyek sebesar US$429 juta, termasuk US$239 juta sebagai capex yang telah dikeluarkan.
Belakangan, Verdhana menyesuaikan estimasi operasi komersial tambang emas Awakmas bakal berkontribusi untuk INDY pada paruh kedua 2026, dengan produksi awal sebesar 22.000 oz dan rata-rata 117.000 oz selama 3 tahun ke depan.
Baca Juga
“Kami memperkirakan proyek ini akan menghasilkan marjin EBITDA sekitar 60%, pada puncak produksi, proyek ini diperkirakan mampu mencetak EBITDA sekitar US$200 juta, menjadikannya kontributor terbesar bagi grup di masa mendatang,” kata Michael dan Edward.
Di sisi lain, Verdhana sekuritas memotong target pendapatan dan laba bersih dari INDY untuk tahun buku 2024 masing-masing minus 16% dan 7%. Sementara itu, target pendapatan dan laba untuk tahun buku 2025 masing-masing minus 71%.
“Seiring dengan dihapuskannya kontribusi dari MUTU pasca divestasi serta penyesuaian depresiasi dan amortisasi tahun buku 2024 untuk Kideco,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama INDY Arsjad Rasjid memastikan aset tambang Awakmas mulai produksi tahun depan.
Arsjad mengatakan produksi tambang emas itu bakal menjadi momentum INDY untuk memperbesar kontribusi pendapatan bisnis non batu bara pada grup mendatang.
“Tahun depan bisa mulai produksi, apalagi sekarang bullionnya [Bank emas] sudah dibuat oleh pemerintah, pengadaan dari BSI [Bank Syariah Indonesia] kan,” kata Arsjad kepada Bisnis, Selasa (18/2/2025).
Arsjad mengatkan perseroannya tengah berupaya untuk memperbesar kontribusi pendapatan pada bisnis non batu bara. Hanya saja, menurut dia, komitmen itu memerlukan waktu.
“Kita masih moving away, karena yang paling kick off banget nanti bila mana misalnya contoh seperti emas tahun depan akan mulai produksi,” kata Arsjad.
Seperti diketahui, INDY mendapat pendanaan sebesar US$250 juta dari konsorsium bank Mandiri, BNI, UOB, DBS hingga KB Bukopin untuk proyek tambang Awakmas ini.
Perkiraan total investasi untuk pengembangan blok tambang Awakmas mencapai US$429 juta hingga 2026.
Adapun, INDY telah menghabiskan dana sebesar US$238,9 juta per September 2024. Proyek Awakmas sebelumnya merupakan proyek greenfield yang diakuisisi secara bertahap mulai Desember 2018 dan dimiliki sejak Oktober 2021.
Proyek ini berlokasi di Sulawesi Selatan sekitar 370 kilometer dari Makasar. Berdasarkan data INDY, proyek Awakmas memiliki sumberdaya potensial mencapai 2,29 juta onz dan cadangan potensial sebesar 1,45 juta onz.
Sementara itu, kandungan emas diperkirakan mencapai 1,33 gram per ton. Di sisi lain, INDY memegang kontrak karya yang diperbarui pada Maret 2018 sampai dengan 2050. Adapun, total produksi emas dari proyek ini diperkirakan mencapai 100.000 oz per tahun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.