Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Nantikan Data Inflasi AS, Dolar AS Melandai

Dolar AS bergerak melandai pada perdagangan Rabu (12/2) saat investor menantikan data inflasi AS serta perkembangan lebih lanjut di sektor perdagangan global.
Karyawan memperlihatkan mata uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (12/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan mata uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (12/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melandai pada perdagangan Rabu (12/2/2025) saat investor menantikan data inflasi AS serta perkembangan lebih lanjut di sektor perdagangan global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau menguat 0,05% ke level 108,13 pada pukul 10.02 WIB. Dolar AS juga menguat 0,73% terhadap yen Jepang ke posisi 153,6 yen

Di sisi lain, dolar AS melemah 0,01% terhadap euro ke level US$1,0362 dan terkoreksi 0,04% terhadap poundsterling.

Di Asia, won Korea Selatan menguat 0,11%, peso Filipina naik 0,02%, dan dolar Hong kong terapresiasi 0,02%. Adapun nilai tukar rupiah juga turut menguat 0,13% ke level Rp13.362 per dolar AS.

Di Washington, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan kesaksian di hadapan Kongres, menegaskan kembali bahwa bank sentral tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga.

Sejauh ini, investor berasumsi bahwa kebijakan tarif AS dapat memberikan dorongan bagi dolar dengan mengubah pola perdagangan global serta mendorong negara lain untuk melemahkan mata uang mereka demi menyeimbangkan dampak pajak tersebut.

Namun, dampaknya terhadap inflasi masih belum jelas, membuat pasar yang sudah banyak mengambil posisi beli terhadap dolar menjadi lebih berhati-hati untuk mendorongnya lebih tinggi.

Analis mata uang Westpac Imre Speizer mengatakan bahwa pasar berpotensi terkejut dengan data inflasi AS yang akan diumumkan Rabu pagi waktu AS. Namun, sebelum data dirilis, belum ada dorongan kuat terhadap dolar AS.

“Saya tidak melihat ada katalis kuat saat ini,” kata Speizer seperti dilansir Reuters, Rabu (12/2/2025).

Survei Reuters memperkirakan inflasi inti AS naik 0,3% pada Januari. Sementara itu, pelaku usaha telah mulai mengantisipasi potensi kenaikan harga akibat kebijakan tarif.

Pasar saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga AS tidak akan terjadi sebelum September, dengan total penurunan hanya sekitar 35 basis poin sepanjang tahun ini.

“Jika angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan, ekspektasi pemangkasan suku bunga bisa semakin mundur. Bahkan, tidak menutup kemungkinan pemangkasan baru terjadi tahun depan,” ujar Speizer.

Di tengah kebijakan tarif yang diterapkan AS, dolar Kanada tetap stabil di C$1,4293 per dolar AS, meskipun seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa tarif baja akan ditambah dengan rencana penerapan pajak 25% bagi Meksiko dan Kanada.

Sementara itu, peso Meksiko dan mata uang pasar negara berkembang lainnya terus tertekan, mendekati level terendah dalam beberapa waktu terakhir.

Sebelumnya, Uni Eropa, Meksiko, dan Kanada mengecam keputusan Donald Trump untuk menerapkan tarif 25% pada impor baja dan aluminium. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah balasan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper