Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-Pilih Saham Konsumer dan Ritel Jelang Ramadan dan Lebaran 2025

Emiten ritel dan konsumer diproyeksi akan terdampak dari daya beli saat bulan puasa atau Ramadan dan Lebaran 2025.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel dan konsumer diproyeksi akan terdampak dari peningkatan daya beli saat bulan puasa atau Ramadan dan Lebaran 2025.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan bahwa kinerja top line emiten ritel dan konsumer akan terdorong oleh daya beli masyarakat saat Ramadan hingga Lebaran.

"Momentum Ramadan dan Lebaran akan memicu adanya peningkatan daya beli, dan ini berpotensi mendorong dari sisi kinerja pendapatan emiten ritel dan konsumer," katanya saat ditanyai Bisnis, Jumat (31/1/2025).

Dia mengatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan adalah kemampuan daya beli masyarakat saat Ramadan nantinya bisa untuk meningkatkan kinerja emiten ritel yang cenderung mengalami penurunan kinerja. 

"Kalau untuk emiten ritel yang lebih ke pangan, kami menilai masih bisa cukup stabil secara kinerja," ujarnya kepada Bisnis.

Emiten ritel di bidang pangan tersebut di antaranya adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET).

Sementara itu, dia menjelaskan bahwa emiten ritel yang cenderung ke sandang akan lebih terpengaruh oleh kinerjanya, karena saat ini daya beli masyarakat masih belum kembali normal sepenuhnya.

Adapun emiten yang dimaksud tersebut, di antaranya PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS). 

"Sebenarnya saat ini sektor ritel lebih dihadapkan oleh daya beli yang melemah, yang mana hal ini membuat kinerja keuangan emiten ritel melambat," ucapnya.

Dia menjelaskan bahwa pelantikan Donald Trump lalu juga bisa berdampak secara tidak langsung, dengan kenaikan tarif dagang yang agresif bisa membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara termasuk Indonesia, dan ini juga bisa berdampak pada daya beli yang melemah.

Apabila terjadi pemangkasan suku bunga yang agresif, dia menilai sektor ritel berpotensi terangkat.

"Pemotongan suku bunga yang agresif diharapkan memulihkan daya beli masyarakat, tetapi Bank Indonesia (BI) juga harus melihat kondisi dan stabilitas rupiah," ujarnya.

Dia menyarankan kepada investor untuk trading jangka pendek hingga menengah memanfaatkan momentum mendekati Ramadan dan Lebaran 2025 yang berpotensi terjadi peningkatan daya beli masyarakat.

"Saat ini kami rekomendasikan trading buy AMRT dengan target Rp3.040 dan ICBP dengan target Rp12.175," tambahnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper