Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini, 29 Januari 2025: Emas, CPO, dan Batu Bara Menguat

Harga emas, batu bara dan CPO terpantau mengalami kenaikan di tengah sinyal kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dan arah konsumsi China
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas rebound dari koreksi pada sesi sebelumnya yang dipicu oleh aksi jual pasar seiring dengan ketidakpastian atas tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump. Sementara itu, harga CPO serta batu bara juga terpantau mengalami kenaikan.

Mengutip Reuters pada Rabu (29/1/2025), harga emas di pasar spot naik 0,8% menjadi US$2.762,02 per ons. Harga emas turun lebih dari 1% pada sesi sebelumnya yang menandai penurunan tertajam sejak 18 Desember 2024 akibat sentimen model AI berbiaya rendah dan berdaya rendah milik DeepSeek. Sementara itu, harga emas berjangka Comex terpantau naik 1,1% ke level US$2.767,50 per ons.

"Beberapa faktor terbesar adalah komentar Trump kemarin terkait tarif, dan saat ini korelasinya dengan emas adalah, sekeranjang geopolitik, ekspektasi inflasi," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Trump mengatakan bahwa dia berencana untuk mengenakan tarif pada chip komputer, produk farmasi, dan baja impor dalam upaya untuk membuat produsen mengalihkan produksinya ke AS.

Kebijakan Trump, selain dianggap sebagai pemicu inflasi, berpotensi memicu perang dagang, sehingga meningkatkan permintaan emas batangan sebagai aset safe haven.

Fokus investor kini tertuju pada pertemuan kebijakan pertama Federal Reserve tahun ini, yang dijadwalkan akan dimulai pada Selasa (28/1/2025) waktu setempat. Para pembuat kebijakan diperkirakan akan membiarkan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan dua hari tersebut.

Namun, pernyataan Trump yang menginginkan biaya pinjaman diturunkan menimbulkan keraguan atas independensi keputusan Fed.

Harga Batu Bara

Sementara itu, berdasarkan data dari Bar Chart, harga batu bara kontrak Februari 2025 di ICE Newcastle turun 1,25% ke level US$114,50 per metrik ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak Maret 2025 terkoreksi 0,84% ke level US$117,75 per metrik ton.

Laporan International Energy Agency (IEA) yang dikutip Rabu (29/1/2025) menyebut, penggunaan energi terbarukan yang besar akan menghambat pertumbuhan penggunaan batu bara meskipun permintaan listrik meningkat, dengan China–konsumen batu bara terbesar di dunia–tetap menjadi porosnya.

Setelah mencapai titik tertinggi baru pada  2024, permintaan global untuk batu bara diprediksi akan mencapai titik terendah dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini seiring dengan karena lonjakan energi terbarukan membantu memenuhi permintaan listrik yang melonjak di seluruh dunia.

IEA menyebut, penggunaan batu bara global telah bangkit kembali setelah anjlok pada puncak pandemi. Penggunaan batu bara akan naik dan memecah rekor menjadi 8,77 miliar ton pada 2024.

Menurut laporan tersebut, permintaan akan tetap mendekati level ini hingga 2027 karena sumber energi terbarukan memainkan peran yang lebih besar dalam menghasilkan listrik, sementara tingkat konsumsi batu bara menurun di China.

Sektor kelistrikan di China sangat penting bagi pasar batu bara global, dengan satu dari setiap tiga ton batu bara yang dikonsumsi di seluruh dunia dibakar di pembangkit listrik di negara tersebut. 

Pada 2024, China terus mendiversifikasi sektor kelistrikannya, memajukan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan mempercepat perluasan besar-besaran kapasitas tenaga surya fotovoltaik dan angin. Hal ini akan membantu membatasi peningkatan konsumsi batu bara hingga 2027,

“Penerapan teknologi energi bersih yang pesat tengah mengubah sektor kelistrikan global, yang menyumbang dua pertiga penggunaan batu bara dunia. Akibatnya, permintaan global terhadap batu bara akan mencapai titik jenuh hingga 2027 meskipun konsumsi listrik meningkat tajam,” jelas Director of Energy Markets and Security IEA, Keisuke Sadamori.

Harga CPO

Sementara itu, harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Selasa (29/1/2025) kontrak Februari 2025 menguat 24 poin ke 4.533 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Maret 2025 juga menguat 44 poin pada level 4.394 ringgit per ton.

Mengutip Laporan S&P Global , pasar CPO diperkirakan akan tetap kuat pada 2025, menyusul kinerjanya yang lebih baik dibandingkan minyak nabati pesaingnya pada tahun lalu. Kinerja tersebut akan didorong oleh peningkatan berkelanjutan dalam pencampuran biodiesel, tarif yang lebih tinggi, dan permintaan tinggi yang berkelanjutan, sementara produksi tetap stagnan.

Menurut perkiraan oleh 12 lembaga industri dan pemerintah yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights, harga acuan CPO berjangka di bursa komoditas Malaysia diperkirakan akan mencapai rata-rata 4.222,7 ringgit per metrik ton  atau setara US$942,77 pada 2025, naik 4,5% dari tahun sebelumnya.

Kontrak minyak sawit, yang memengaruhi harga minyak nabati internasional, mencapai rata-rata 4.041,9 ringgit per metrik ton pada 2024.

Mandat biodiesel, peningkatan konsumsi minyak nabati, dan faktor geopolitik yang memengaruhi minyak pengganti kemungkinan akan mendukung harga minyak sawit. Namun, permintaan yang lebih lemah dari yang diharapkan dari China dan India, kondisi cuaca, dan peningkatan produksi minyak nabati pengganti lainnya, menimbulkan beberapa risiko penurunan harga. 

Di pasar fisik, harga minyak sawit mentah FOB Indonesia rata-rata US$995 per metrik ton pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata minyak kedelai FOB Argentina sebesar US$929 per metrik ton dan minyak bunga matahari FOB Laut Hitam sebesar US$931 per metrik ton pada tahun tersebut.

Tingkat stok yang lebih rendah di kedua produsen utama bersama dengan meningkatnya pungutan ekspor Indonesia dan konsumsi domestik yang lebih tinggi untuk mandat biodieselnya, kemungkinan akan mendukung harga minyak sawit tahun 2025. Adapun, Malaysia dan Indonesia menyumbang 85% dari pasokan minyak sawit dunia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper