Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini, 23 Januari 2025: Emas Berkilau, Batu Bara dan CPO Lesu

Harga emas melonjak mendekati level tertinggi tiga bulan seiring dengan melemahnya dolar. Di sisi lain, harga batu bara dan CPO melemah.
Emas batangan 1 kilogram. / Bloomberg-Christopher Pike
Emas batangan 1 kilogram. / Bloomberg-Christopher Pike

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melonjak mendekati level tertinggi tiga bulan seiring dengan melemahnya dolar dan kurangnya kejelasan seputar rencana kebijakan Presiden AS Donald Trump. Sementara itu, harga batu bara dan crude palm oil (CPO) tercatat mengalami pelemahan.

Mengutip Reuters pada Kamis (23/1/2025), harga emas di pasar spot naik 0,4% menjadi US$2.755,2 per ons. Harga berada pada level tertinggi sejak 31 Oktober ketika mencapai rekor all time high di US$2.790,15. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,4% pada US$2.770,90.

Indeks dolar AS merosot ke level terendah lebih dari tiga minggu di awal sesi, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

"Ada ketidakpastian dengan tarif yang diusulkan dan hal-hal lainnya, dan emas biasanya berkinerja baik ketika ada ketidakpastian yang besar atau bahkan sedang di pasar, itu adalah tempat yang wajar di mana orang tertarik," kata Ryan McIntyre, manajer portofolio senior di Sprott Asset Management.

Trump mengatakan pemerintahannya sedang membahas penerapan tarif 10% pada barang yang diimpor dari China pada tanggal 1 Februari, hari yang sama ketika dia sebelumnya mengatakan Meksiko dan Kanada dapat menghadapi pungutan sekitar 25%. 

Emas sering dipandang sebagai tempat berlindung selama masa gejolak ekonomi dan geopolitik. Tetapi, kebijakan yang diusulkan Trump secara luas dianggap inflasioner, yang berpotensi memaksa Federal Reserve AS untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama guna mengendalikan tekanan harga yang meningkat.

Trump belum memberikan banyak perincian tentang tarif yang diusulkannya, membuat investor mempertanyakan agresivitas langkah tersebut dan kedalaman dampak potensialnya.

"(Trump) mungkin sedikit kurang agresif dalam hal tarif seperti yang dikhawatirkan, yang membantu — tarif yang lebih rendah/kurang dianggap mengindikasikan inflasi yang lebih rendah sehingga berpotensi untuk lebih banyak pemotongan suku bunga," kata Tai Wong, pedagang logam independen.

Harga Batu Bara

Berdasarkan data dari Bar Chart, harga batu bara kontrak Febaruari 2025 di ICE Newcastle melemah 1,97% ke level US$122 per metrik ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak Maret 2025 terkoreksi 3,25% ke level US$123,45 per metrik ton.

Laporan International Energy Agency (IEA) yang dikutip Kamis (23/1/2025) menyebut, penggunaan energi terbarukan yang besar akan menghambat pertumbuhan penggunaan batu bara meskipun permintaan listrik meningkat, dengan China – konsumen batu bara terbesar di dunia – tetap menjadi porosnya.

Setelah mencapai titik tertinggi baru pada  2024, permintaan global untuk batu bara diprediksi akan mencapai titik terendah dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini seiring dengan karena lonjakan daya terbarukan membantu memenuhi permintaan listrik yang melonjak di seluruh dunia.

IEA menyebut, penggunaan batu bara global telah bangkit kembali setelah anjlok pada puncak pandemi. Penggunaan Batu Bara diperkirakan akan naik menjadi 8,77 miliar ton pada 2024, sebuah rekor. 

Menurut laporan tersebut, permintaan akan tetap mendekati level ini hingga 2027 karena sumber energi terbarukan memainkan peran yang lebih besar dalam menghasilkan listrik dan tingkat konsumsi batu bara menurun di China.

Sektor kelistrikan di China sangat penting bagi pasar batu bara global, dengan satu dari setiap tiga ton batu bara yang dikonsumsi di seluruh dunia dibakar di pembangkit listrik di negara tersebut. 

Pada 2024, China terus mendiversifikasi sektor kelistrikannya, memajukan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan mempercepat perluasan besar-besaran kapasitas tenaga surya fotovoltaik dan angin. Hal ini akan membantu membatasi peningkatan konsumsi batu bara hingga 2027,

“Penerapan teknologi energi bersih yang pesat tengah mengubah sektor kelistrikan global, yang menyumbang dua pertiga penggunaan batu bara dunia. Akibatnya, permintaan global terhadap batu bara akan mencapai titik jenuh hingga 2027 meskipun konsumsi listrik meningkat tajam,” jelas Director of Energy Markets and Security IEA, Keisuke Sadamori.

Harga CPO

Sementara itu, harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Rabu (22/1/2025) kontrak Februari 2025 terkoreksi 44 poin ke 4.464 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Maret 2025 juga turun sebesar 37 poin pada level 4.322 ringgit per ton.

Mengutip The Edge Malaysia pada Kamis (23/1/2025), The Malaysian Palm Oil Council  (MPOC) memperkirakan harga CPO akan berada di kisaran 4.250 dan 4.550 ringgit per ton pada kuartal I/2025 seiring dengan persediaan yang rendah, permintaan yang stabil, dan terbatasnya pasokan minyak nabati lainnya. 

Sementara musim hujan, yang telah mengganggu kegiatan panen, mulai mereda, hari libur umum pada bulan Januari diantisipasi akan mengurangi hari kerja. 

Dalam pernyataannya, MPOC menyebut hal ini konsisten dengan level historis yang tercatat pada 2018, 2019, dan 2023. MPOC memperkirakan faktor musiman akan semakin membatasi produksi dan meningkatkan konsumsi hingga Februari, termasuk berkurangnya hari kerja karena hari libur umum, dan permintaan hari raya yang didorong oleh Tahun Baru Imlek dan Ramadan.

MPOC menyebut, persediaan CPO Malaysia turun di bawah rata-rata jangka panjang pada akhir 2024, yaitu sebesar 1,71 juta ton.

"Penurunan didorong oleh musim hujan, penurunan tajam impor, dan permintaan domestik yang melebihi produksi," jelas MPOC. 

Pada Desember 2024, produksi minyak sawit Malaysia turun 8,3% secara bulanan dan 4,2% secara tahun ke tahun (year on year/YoY), sedangkan ekspor turun 9,9% secara bulanan menjadi 1,34 juta ton.

"Persediaan kemungkinan akan tetap di bawah rata-rata, berkisar sekitar 1,7 juta ton pada kuartal I/2025, sebelum musim puncak produksi dimulai," jelas MPOC.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper