Bisnis.com, JAKARTA — PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) bakal aktif mencari kesempatan investasi pada Tahun Ular Kayu dan telah menyiapkan dana investasi hingga US$150 juta atau setara dengan Rp2,4 triliun (kurs Jisdor Rp16.331 per dolar AS) pada 2025 yang bertepatan dengan tahun bershio Ular Kayu berdasarkan kalender lunar China.
Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya mengatakan sebagai perusahaan investasi, tahun ini menjadi momentum bagi SRTG untuk memperbanyak portofolio investasinya. Devin memandang investor asing saat ini belum akan berinvestasi di Indonesia karena aset dolar yang dinilai memiliki peluang yang lebih menarik.
"Buat kami [Tahun Ular Kayu] ini saat-saat kami bisa aktif mencari kesempatan yang baik, dengan harga yang masuk akal," kata Devin, Selasa (21/1/2025).
Meskipun demikian, Devin mengingatkan investasi yang dilakukan SRTG adalah investasi jangka panjang. Menurut Devin, SRTG harus bekerja bersama manajemen untuk menumbuhkan perusahaan.
"Dan mungkin nanti perusahaan akan kami go-public-kan. Ini membutuhkan waktu," ujarnya.
Menurut Devin, SRTG bisa menambah portofolio baru dalam 1 atau 2 tahun ke depan. Dia kembali menegaskan investasi yang dilakukan SRTG tidak akan membuahkan hasil dalam waktu 1 atau 2 tahun, tetapi lebih lama.
Adapun untuk tahun ini, Devin menuturkan SRTG menyiapkan dana investasi sebesar US$100 juta hingga US$150 juta. Jumlah ini, menurutnya, sama dengan investasi yang dihabiskan SRTG pada 2024 sebesar US$150 juta.
"Tahun lalu kami habiskan sekitar US$150 juta. Jadi angka itu masih tetap sama," ucap Devin.
Adapun, saat ini portofolio perusahaan SRTG meliputi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), PT Adaro Indonesia, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), PT Merdeka Copper & Gold Tbk. (MDKA), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA).
Lalu, Tower Bersama Group, PT Samator Indo Gas Tbk. (AGII), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), MGM Bosco Logistics, Xurya, dan Zap.
Saratoga juga diketahui memiliki net asset value (NAV) sebesar Rp56 triliun. Sekitar 82% dari NAV tersebut dikontribusikan oleh tiga perusahaan, yaitu Grup Adaro, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), dan Merdeka Group.