Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Melonjak, Ditopang Data Inflasi dan Kinerja Bank

Bursa saham Amerika Serikat (AS) melonjak pada Rabu (15/1), didorong oleh data inflasi inti yang lebih rendah dari ekspektasi dan kinerja bank-bank besar.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) melonjak pada perdagangan Rabu (15/1/2025). Data inflasi inti Desember 2024 yang lebih rendah dari ekspektasi dan kinerja keuangan bank-bank besar mendorong lonjakan ini.

Melansir Reuters, Kamis (16/1/2025), indeks S&P 500 melonjak 106,45 poin atau 1,82% ke level 5.949,36, Nasdaq Composite melesat 466,84 poin atau 2,45% ke 19.511,23 poin, dan Dow Jones Industrial Average menguat 696,60 poin atau 1,64% ke 43.214,88 poin.

Ketiga indeks mencatat kenaikan harian terbesar sejak 6 November 2024, disusul oleh indeks Russell 2000 yang juga mencatat lonjakan signifikan.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan indeks harga konsumen (IHK/CPI) mencatat kenaikan terbesar dalam sembilan bulan akibat melonjaknya biaya energi. Namun, indikator inflasi inti menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.

Sebelumnya, data indeks harga produsen (PPI) yang dirilis Selasa juga lebih rendah dari perkiraan.

"Pasar sebelumnya tegang dengan kekhawatiran kenaikan suku bunga, defisit anggaran, dan dinamika global lainnya. Namun, angka CPI dan PPI menunjukkan inflasi mulai mereda, yang mengurangi kecemasan," ujar Wakil Presiden Senior Wedbush Securities Stephen Massocca seperti dikutip Reuters, Kamis (16/1/2025).

Sebelumnya, pasar saham AS tertekan oleh komentar Federal Reserve yang memicu kekhawatiran bahwa pemotongan suku bunga akan lebih lambat dari yang diperkirakan.

Inflasi yang persisten dan kekhawatiran terkait tarif dari kebijakan Presiden terpilih Donald Trump juga membayangi pasar.

Namun, data CPI terbaru meningkatkan optimisme pemotongan suku bunga The Fed, termasuk kemungkinan penurunan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Juni. Meski menyambut data inflasi dengan positif, pejabat The Fed tetap waspada terhadap ketidakpastian kebijakan pemerintahan baru.

Imbal hasil obligasi Treasury turun dari level tertinggi 14 bulan menjadi 4,809%, memberikan ruang gerak bagi pasar.

Sentimen positif juga didorong oleh laporan laba dari bank-bank besar seperti JPMorgan, yang mencatat laba tahunan tertinggi berkat pasar yang rebound pada kuartal IV/2024.

Wells Fargo melaporkan laba kuartalan yang melampaui ekspektasi, sementara Goldman Sachs mencatat kinerja kuartalan terbaik sejak 2021.

Selain itu, kesepakatan damai untuk mengakhiri konflik selama 15 bulan di Gaza memberikan secercah harapan baru bagi stabilitas global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper