Bisnis.com, JAKARTA – PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK), emiten properti dan real estat yang terafiliasi dengan Sugianto Kusuma alias Aguan, mengalami oversubscribed hingga 344 kali dalam penjatahan terpusat atau pooling allotment.
Direktur Utama PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM) Philmon Samuel Tanuri selaku underwriter menilai bahwa rekam jejak Agung Sedayu Group dan Salim Group menjadi alasan di balik tingginya antusiasme pasar terhadap aksi penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) CBDK.
“Banyak sekali permintaan untuk saham CBDK dengan oversubscribed [kelebihan permintaan] hingga 344 kali karena track record Agung Sedayu dan Salim Group yang bagus dan valuasi IPO menarik,” ujarnya kepada Bisnis, ditulis Minggu (12/1/2025).
CBDK, yang merupakan anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI), telah melakukan penawaran umum pada 3–9 Januari 2025. Total saham yang ditawarkan mencapai 566.894.500 saham atau 10% dari saham yang ditempatkan.
Dalam aksi korporasi tersebut, manajemen CBDK menetapkan harga penawaran sebesar Rp4.060 per saham. Dengan demikian, emiten yang dinakhodai oleh Steven Kusumo ini bakal meraih dana segar hingga Rp2,3 triliun.
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa berdasarkan fixed allotment atau penjatahan pasti, saham CBDK mengalami kelebihan permintaan hingga 9,58 kali dalam penawaran umum perdana saham.
“Harga penawaran saham CBDK adalah Rp4.060 per lembar dengan jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 5.668.944.500 lembar saham, sehingga kapitalisasi pasarnya mencapai Rp23.015.914.670.000 (Rp23,01 triliun),” tulis pengumuman BEI.
Otoritas Bursa juga menyampaikan pembukaan pasar pada Senin (13/1/2025) bakal dilakukan oleh CBDK dalam rangka pencatatan perdana saham di papan utama.
Didirikan pada tahun 2000, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) bergerak di bidang pembangunan perumahan yang mencakup pembelian, penjualan, persewaan, dan pengoperasian properti baik dimiliki sendiri maupun disewa.
Selain itu, perseroan juga terlibat dalam penjualan tanah, pengembangan gedung untuk disewakan, pembagian real estat menjadi tanah kavling tanpa pengembangan, dan pengoperasian kawasan hunian dengan rumah yang bisa dipindahkan.
Hingga periode 6 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024, lebih dari 99% pendapatan neto konsolidasi perseroan berasal dari sektor real estat.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.