Bisnis.com, JAKARTA — PT Terregra Asia Energy Tbk. (TGRA) tengah merancang right issue dengan menerbitkan sekitar 38 miliar lembar saham baru untuk mendukung rencana ekspansi pembangkit listrik energi terbarukan perseroan saat ini.
Rencananya, penawaran saham baru itu dipatok di harga Rp50 per saham. Adapun, target perolehan dana segar hasil rights issue diproyeksikan mencapai Rp1,9 triliun.
Direktur sekaligus Corporate Secretary Terregra Asia Energy Daniel Tagu Dedo mengatakan perseroan telah menyiapkan investor strategis yang bertindak sebagai standby buyer atau pembeli siaga untuk rencana penerbitan saham baru tersebut.
“Kalau saya lihat dari hasil perhitungan sementara ini dia [investor baru] akan ambil di atas 60%, antara 60% sampai 70%,” kata Daniel saat ditemui di Jakarta, Senin (30/12/2024).
Daniel menuturkan perseroannya bakal meminta persetujuan ihwal right issue itu kepada para pemegang saham lewat agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada April 2025 mendatang.
Adapun, right issue dengan ketersediaan standby buyer itu diharapkan rampung pada September 2025.
Dengan demikian, dia berharap, perseroan bisa mendapat pendanaan segar untuk mengerjakan sejumlah proyek strategis yang telah mendapat power purchase agreement atau PPA dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) serta akuisisi aset operasi dalam waktu dekat.
“Target kita dalam jangka pendek dalam 5 tahun ini dari 2025 sampai dengan 2030 minimal kapasitas kita 1.000 megawatt [MW],” tuturnya.
Sampai perdagangan sesi I Senin (30/12/2024), saham TGRA diperdagangkan di level Rp31 per saham. Sejak awal tahun, kinerja saham TGRA terkoreksi 38%, sempat menyentuh level terendahnya di angka Rp10 per saham.
Emiten berkode saham TGRA ini memiliki lima rencana proyek yang telah mendapat PPA dengan PLN berkapasitas total 43,8 MW. Nilai investasi untuk lima proyek itu diperkirakan mencapai Rp1,5 triliun.
Awalnya, perseroan berencana menggunakan pembiayaan ekuitas minimal Rp500 miliar dan utang Rp1 triliun untuk eksekusi lima proyek tersebut.
Hanya saja, dana hasil penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) sejak 15 Mei 2017 tidak memuaskan alias undersubscribed. Penjajakan dana publik itu hanya bisa menghimpun dana sebesar Rp110 miliar.
Selepas mendapat investor baru, TGRA berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) Sisira pada kuartal I/2025, diikuti dengan pembangunan PLTM Batang Toru-3 dan PLTM Batang Toru-4 pada kuartal III/2025.
Sementara itu, PLTM Raisan Naga Timbul dan Raisan Huta Dolok ditargetkan akan dibangun pada kuartal IV/2025.
Di sisi lain, TGRA turut menjajaki akuisisi enam aset operasi mini hidro dengan kapasitas keseluruhan 11 MW. Akuisisi 6 aset ini diharapkan rampung paruh pertama 2025, dengan nilai akuisisi sekitar Rp365 miliar.
Kendati demikian, TGRA belakangan mencatatkan kerugian yang makin lebar per September 2024 ke level Rp9,3 miliar, lebih besar dari posisi rugi periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp8,4 miliar.
Perseroan masih mencatatkan jumlah permodalan atau ekuitas Rp334 miliar pada akhir 2023 dan Rp324,8 miliar per September 2024.