Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham emiten energi tercatat mengalami kenaikan tinggi sepanjang tahun 2024, terlihat dari kenaikan indeks energi hingga 25,47% sejak awal tahun. Prospek dari emiten di sektor energi ini tahun depan diperkirakan akan dipengaruhi oleh permintaan komoditas secara global.
Senior Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan prospek saham-saham sektor energi lebih ditentukan oleh faktor peningkatan permintaan global, sering dengan adanya pemulihan ekonomi global.
"Namun, masalahnya untuk tahun depan juga perkiraan dari pertumbuhan ekonomi global memang relatif stabil, tetapi mengecewakan atau underwhelming," ujar Nafan, Selasa (24/12/2024).
Menurut Nafan, selama pemulihan ekonomi global terjadi, maka permintaan dunia terhadap komoditas juga akan meningkat. Hal ini nantinya akan memberikan katalis positif bagi emiten energi untuk peningkatan average selling price atau harga jual rata-rata.
Yang paling penting, kata dia, emiten-emiten di sektor ini juga aktif menerapkan strategi bisnis seperti memperkuat implementasi proses hilirisasi, dan peralihan ke energi terbarukan.
Di sisi lain, untuk minyak dan gas, menurutnya katalis positif berupa tensi geopolitik akan menyebabkan terjadinya peningkatan efek disrupsi supply chain. Hal ini menurutnya akan mempengaruhi tingkat suplai yang relatif terbatas, meskipun permintaan meningkat.
Baca Juga
"Tentunya ini akan berefek pada kenaikan harga komoditas dunia," ujarnya.
Di sisi lain, Nafan juga menuturkan terdapat efek dari kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS yang akan mempengaruhi harga komoditas dunia. Menurut Nafan, Trump telah berkomitmen untuk menggenjot kapasitas maupun kapabilitas produksi minyak dalam negeri AS.
Hal tersebut dilakukan Trump untuk meningkatkan aktivitas industri di AS. Dengan demikian, Nafan memperkirakan pengeboran minyak dari AS akan meningkat tahun depan.
"Memang masih akan relatif fluktuatif untuk sektor migas tahun depan," ucapnya.
Adapun Nafan memberikan rekomendasi buy untuk dua saham, yaitu AKRA dengan target price atau target harga Rp1.600 dan MEDC dengan TP Rp1.290 per saham.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.