Bisnis.com, JAKARTA — Emiten migas Grup Bakrie PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) menargetkan perseroan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham dalam waktu 5 tahun sampai dengan 6 tahun mendatang.
Perseroan berharap dapat membalik posisi akumulasi kerugian atau defisit dalam rentang waktu itu, dengan asumsi pertumbuhan produksi 10% setiap tahunnya.
“Saat ini salah satu fokus manajemen adalah mengembalikan akumulasi rate and loss (defisit) yang akumulasinya hampir US$400 juta,” kata Wakil Direktur Utama sekaligus CFO ENRG Edoardus Ardianto saat webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (14/12/2924).
Edoardus optimis saldo perseroan bisa berbalik positif dalam jangka waktu 5 tahun sampai dengan 6 tahun mendatang lewat pertumbuhan laba bersih saat ini.
“Mudah-mudahan kita bisa menjaga kinerja perseroan dan memberikan kontribusi net income yang positif terus, kami harapkan bisa segara memiliki saldo laba yang positif dan bisa memberikan dividen,” kata Edoardus.
Seperti diketahui, emiten grup Bakrie itu mencatatkan laba bersih sebesar US$51,27 juta atau sekitar Rp805,49 miliar (asumsi kurs Rp15.710 per dolar AS) sepanjang periode 9 bulan 2024.
Baca Juga
Torehan laba bersih itu mengalami kenaikan 12% dari periode yang sama tahun sebelumnya di level US$45,69 juta atau sekitar Rp733,58 miliar.
Selain itu, net sales perseroan juga tumbuh 8% selama periode 9 bulanan ini ke level US$319,66 juta, lebih tinggi dari posisi tahun sebelumnya di level US$296,39 juta. Sementara EBITDA turut mencatatkan kenaikan sebesar 3% ke level US$180,53 juta.
Kendati demikian, ENRG masih membukukan akumulasi rugi atau defisit sebesar US$399,51 juta sampai akhir September 2024. Pencatatan akumulasi rugi itu relatif susut dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$450,79 juta.
Di sisi lain, Sucor Sekuritas memiliki pandangan yang positif untuk prospek kinerja keuangan dan saham ENRG. Sucor Sekuritas menyematkan rating buy untuk ENRG dengan target harga Rp720 per lembar.
Padahal, saham ENRG terkoreksi 3,17% pada penutupan perdangan akhir pekan ini ke level Rp244 per lembar. Kendati demikian, saham ENRG telah mengalami apresiasi 7.02% sejak awal tahun ini.
Research Analyst Sucor Sekuritas Andreas Yordan mengatakan pasar belum mengapresiasi saham ENRG sesuai dengan valuasi riil dari perseroan dan prospek kinerja keuangan dalam jangka panjang.
“Dari 2018 earnings negatif lalu earnings positif di 2019 sampai 2023 per tahunnya bisa tumbuh 25%, untuk earningsnya tumbuh 3 kali lipat,” kata Yordan dalam webinar yang sama.
Saat ini, kata Yordan, saham ENRG diperdagangkan di level 5,3 kali price earning (PE) dan 2,6 kali EV/EBITDA.
“ENRG itu punya profitability yang baik, under leverage, dibandingkan dengan peers-nya pertumbuhannya tidak setinggi ENRG yang lain sudah cukup leverage,” tuturnya.
Lewat riset akhir bulan lalu, Sucor memproyeksikan ENRG dapat membukukan pendapatan sebesar US$438 juta pada tahun penuh 2024. Adapun, Sucor memperkirakan, emiten grup Bakrie itu bisa menghimpun laba bersih mencapai US$73 juta sampai akhir tahun ini.
Sementara itu, Sucor mengerek tinggi proyeksi pendapatan dan laba bersih ENRG untuk tahun depan masing-masing di angka US$544 juta dan US$84 juta.
“Perseroan telah sukses mengakuisisi dan mengambilalih Blok Sengkang, Bentu dan Blok Malacca, keseluruhan menyumbang 78% dari total valuasi ENRG dan 71% dari produksi perusahaan,” tulis Yordan dalam risetnya.
Sampai akhir tahun ini, ENRG mencatatkan umur produksi dari cadangan 2P dan 2C selama 26 tahun, dengan rincian cadangan 2P sebesar 218 million barrels of oil equivalent (MMBOE) dan cadangan 2C sebesar 216 MMBOE.
ENRG memiliki portofolio 8 blok produksi komersial dari 13 wilayah kerja (WK). Eduardus menargetkan rencana tambahan akuisisi blok migas baru bisa direalisasikan tahun depan.
Delapan blok produksi yang saat ini dimiliki ENRG di antaranya B PSC, Malacca Strait PSC, Kampar PSC, Siak PSC, Bentu PSC, Korinci Baru PSC, Kangean PSC dan Sengkang PSC.
Sementara itu, lima blok lainnya seperti Bireun Sigli PSC, Gebang PSC, Tonga PSC, South CPP PSC dan Buzi PSC masih dalam tahap eksplorasi.
Adapun, kontribusi peningkatan produksi minyak belakangan didorong oleh keberhasilan akuisisi Blok Siak & Blok Kampar. Transaksi akuisisi itu rampung pada Maret 2024 lalu.
Saat ini, kedua aset minyak yang berlokasi di Riau, Sumatera itu memproduksikan sekitar 2.500 barel minyak per hari dan memiliki cadangan minyak terbukti dan terukur (cadangan 2P) sebesar 5,1 juta barel minyak.
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.