Bisnis.com, JAKARTA — Aksi penawaran umum perdana saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) bakal menjadi initial public offering (IPO) pertama dengan nilai lebih dari Rp1 triliun pada tahun 2025. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah IPO jumbo paling banyak terjadi pada 2021.
Dalam IPO, Bangun Kosambi Sukses menawarkan saham sebanyak-banyaknya 566,89 juta (566.994.500) saham biasa dengan nominal sebesar Rp20 per saham. Saham tersebut mewakili 10% saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Harga yang ditawarkan adalah sebesar Rp3.000 hingga Rp4.060 per saham. Alhasil dana segar yang berpotensi diraup CBDK adalah maksimal sebesar Rp2,30 triliun.
Niai itu jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai IPO PT Kentanix Supra International Tbk. (KSIX) yang berencana untuk mencatatkan penawaran saham perdana ke publik.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan kawasan perumahan atau real estate ini melepas sebanyak-banyaknya 320.674.800 saham atau 15% dari modal yang ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.
Emiten berkode saham KSIX ini membuka harga penawaran awal (bookbuilding) di kisaran Rp312-468 per saham, sehingga Kentanix Supra akan meraup dana IPO sebanyak-banyaknya Rp150,07 miliar.
Baca Juga
Masa penawaran KSIX berlangsung pada 13-20 Desember 2024. Perkiraan masa penawaran umum pada 2-6 Januari 2025, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2025.
Adapun, saham CBDK akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 13 Januri 2025 mendatang, dengan masa penawaran awal pada 13-20 Desember 2024. Kemudian masa penawaran umum pada 3 hingga 9 Januari 2025.
Sementara itu, merujuk data BEI, nilai IPO terbesar sepanjang tahun berjalan 2024 diraih oleh PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) senilai Rp4,32 triliun. Di belakang AADI, ada PT Ancara Logistics Indonesia Tbk. (ALII) yang mengantongi dana IPO sebesar senilai Rp860,92 miliar dan Ada pula PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE) yang mengantongi dana IPO sebesar Rp532,78 miliar.
Di sisi lain, calon emiten pengelola gerai MR DIY, PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) masih dalam periode penawaran saham perdana dimulai pada hari ini, Jumat (13/12/2024) hingga 17 Desember 2024. MDIY berencana melantai di BEI pada pekan depan tepatnya pada 19 Desember 2024.
Dalam IPO ini, MR DIY akan menawarkan sebanyak 2.519.039.400 atau 2,51 miliar saham dengan nominal Rp25 per saham kepada publik. Jumlah tersebut terdiri atas 2.267.135.400 (9%) saham milik pemegang saham penjual Azara Alpina Sdn. Bhd. dan 251.904.000 (1%) saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan.
MDIY telah mematok harga IPO di batas bawah yakni Rp1.650 per saham sehingga perseroan berpeluang memperoleh dana sebesar Rp4,15 triliun.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, IPO jumbo paling banyak terjadi pada 2021 atau setahun setelah pengumuman pandemi Covid-19. Saat itu, sebanyak enam perusahaan mengantongi dana IPO lebih dari Rp1 triliun.
Pada tahun yang sama pula, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) menggelar IPO dengan nilai Rp21,9 triliun atau terbesar sepanjang sejarah BEI.
Selain 2021, IPO dengan nilai di atas Rp1 triliun juga cukup marak terjadi pada 2023. Bahkan anak usaha BUMN, juga memanfaatkan momentum itu untuk go public. Emiten yang dimaksud ialah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) yang meraih dana IPO Rp9,06 triliun.
Berikut rangkuman aksi IPO dengan nilai lebih dari Rp1 triliun dalam 5 Tahun:
2020
- PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. (CARE) Rp1,03 triliun
2021
- PT FAP Agri Tbk. (FAPA) Rp1 triliun
- PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) Rp21,9 triliun
- PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) Rp1,17 triliun
- PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (CMRY) Rp3,67 triliun
- PT Avia Avian Tbk. (AVIA) Rp5,77 triliun
- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) Rp18,78 triliun
2022
- PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Rp13,73 triliun
- PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) Rp8 triliun
2023
- PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) Rp9,06 triliun
- PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) Rp10,73 triliun
- PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) Rp3,13 triliun
- PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) Rp10 triliun
2024
- PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) Rp4,32 triliun
- PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) Rp4,15 triliun
2025
-PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) Rp1,67 triliun hingga Rp2,30 triliun