Bisnis.com, JAKARTA - Indeks LQ45 yang berisi 45 emiten berkapitalisasi besar telah mencatatkan kinerja jeblok sampai saat ini. Sementara, pada sisa akhir tahun ini, terdapat peluang kinerja moncer saham LQ45.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 masih di zona merah, mencatatkan pelemahan 9.64% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) ke level 877,02 hingga akhir pekan lalu, Jumat (22/11/2024).
Indeks LQ45 pun kian amblas setelah sentimen kemenangan Donald Trump dalam kontestasi Pilpres AS menyengat pasar modal Indonesia. Tercatat, indeks LQ45 turun 5,3% dalam sebulan perdagangan terakhir.
Sejumlah saham di LQ45 pun telah berkinerja jeblok sepanjang tahun ini. PT Astra Internasional Tbk. (ASII) misalnya turun 10,67% ytd ke level Rp5.025 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Senin (25/11/2024).
Lalu, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 16,45% ytd ke level Rp4.470 per lembar pada perdagangan sesi pertama hari ini.
Meski begitu, terdapat peluang penguatan harga saham emiten konstituen indeks LQ45 pada sisa akhir tahun ini, atau Desember 2024 didorong oleh sejumlah sentimen.
Baca Juga
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan penguatan indeks LQ45 di sisa akhir tahun tetap memiliki peluang mengingat penurunan saham-saham blue chip sangat signifikan.
"Minimal teknikal rebound jangka pendek dapat membantu kinerja LQ45 nantinya," ujarnya, Senin (25/11/2024).
Selain itu, prospek indeks dan peluang window dressing pada indeks LQ45 di akhir tetap ada sampai kuartal pertama tahun depan.
"Kemudian, peluang kondisi ekonomi domestik yang tetap kuat di tengah kekhawatiran ketidakpastian ekonomi global akibat tensi geopolitik menjadi tantangan buat pasar saham," katanya.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan peluang penguatan indeks LQ45 pada Desember 2024 tetap ada didorong oleh potensi penurunan suku bunga acuan. "The Fed berpeluang menurunkan suku bunga acuan, bukan menunda ke Januari tahun depan," ujarnya.
Kemudian, peluang lainnya hadir dari katalis positif permintaan domestik yang kuat pada akhir tahun. "Government spending di Pilkada per November 2024 juga dapat menjadi sentimen positif," tuturnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.