Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Mata Uang Asia Ambruk, Depresiasi Rupiah Menuju Rp15.745

Rupiah dibuka melemah 0,35% ke level Rp15.745 per dolar AS pada Selasa (12/11/2024).
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta. Nilai tukar rupiah dibuka melemah pagi ini terhadap dolar AS. Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta. Nilai tukar rupiah dibuka melemah pagi ini terhadap dolar AS. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah menuju posisi Rp15.745 pada perdagangan Selasa (12/11/2024). Adapun mayoritas mata uang asia lainnya juga mengalami pelemahan. 

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 55,50 poin atau 0,35% ke level Rp15.745 per dolar AS. Pada saat bersamaan, indeks dolar AS (DXY) juga mengalami koreksi sebesar 0,03% menuju posisi 105,51. 

Mayoritas mata uang lain di Asia turut melemah. Won Korea, semisal, melemah 0,09% dan yuan China turun 0,12%. Adapun, ringgit Malaysia terkoreksi 0,40%, yen Jepang melemah 0,16%, dan rupee India turun 0,02%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi bahwa mata uang Garuda akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.670-Rp15.770 hari ini.

"Sejumlah pejabat The Fed akan berpidato pada pekan ini, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, yang akan ada banyak arahan tentang prospek suku bunga," kata Ibrahim, Senin (11/11/2024).

Dia menjelaskan data makroekonomi yang akan berpengaruh salah satunya rilis indeks harga konsumen AS pada Kamis. Adapun, inflasi inti AS diperkirakan berada di atas 0,3% yang bisa mengurangi kemungkinan pelonggaran moneter pada Desember. Hal tersebut bisa menguntungkan dolar dalam jangka panjang.

Selain itu, ringkasan pendapat dari pertemuan kebijakan Bank of Japan pada Oktober menunjukkan beberapa anggota tidak yakin mengenai waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga lagi mengingat volatilitas pasar.

---------------------------

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper