Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek IHSG & Rekomendasi Saham Cuan Pekan Ini saat Konflik Iran-Israel Memanas

IHSG diprediksi tertekan pada perdagangan pekan ini 7-11 Oktober, dibayangi sentimen data inflasi AS, kelanjutan perang Israel-Iran hingga rilis IHK Indonesia.
IHSG diprediksi masih akan tertekan pada perdagangan pekan ini 7-11 Oktober, dibayangi sejumlah sentimen seperti data inflasi AS, kelanjutan perang Israel-Iran di Timur Tengah hingga rilis IHK Indonesia. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
IHSG diprediksi masih akan tertekan pada perdagangan pekan ini 7-11 Oktober, dibayangi sejumlah sentimen seperti data inflasi AS, kelanjutan perang Israel-Iran di Timur Tengah hingga rilis IHK Indonesia. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan tertekan pada perdagangan pekan ini 7-11 Oktober, dibayangi sejumlah sentimen seperti data inflasi AS, kelanjutan perang Israel-Iran di Timur Tengah hingga Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia.

Sebelumnya, selama satu pekan terakhir periode 30 September hingga 4 Oktober 2024, IHSG ditutup melemah tajam sebesar -2,61% atau 200 poin ke level 7.496 dengan net sell asing sekitar Rp4,9 triliun.

Equity Analis PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menyebutkan pelemahan IHSG tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti stimulus pemeritah China, ketegangan Timur Tengah dan aksi profit taking pelaku pasar.

Untuk meningkatkan aktivitas ekonominya yang lemah, pemerintah China melalui PBoC menggelontorkan berbagai stimulus, seperti mamangkas GWM dan tingkat suku bunga, merilis special bond sebesar CNY 2 triliun, serta memberikan stimulus pada pasar saham dalam bentuk swap sebesar CNY 500 miliar dan memberikan fasilitas pinjaman bagi perusahaaan yang ingin melakukan buy back sebesar CNY 300 miliar.

"Pada dasarnya paket stimulus ini memberikan dampak positif bagi Indonesia, karena China adalah negara mitra dagang terbesar Indonesia, namun dengan adanya stimulus lain di pasar saham, hal ini dapat menarik investor saham dari Indonesia untuk berinvestasi di China karena berpotensi membuat harga saham terkerek dengan adanya stimulus tersebut," kata Imam dalam risetnya, Mingggu (6/10/2024).

Selain itu, pergerakan IHSG pada pekan lalu juga ditekan oleh aksi ambil untung pelaku pasar. ulai dari 19 Agustus 2024, IHSG mencetak rekor ATH-nya hingga mencapai puncaknya pada 19 Sep 2024 ke level 7853. Hal ini membuat pasar kemungkinan mengamankan keuntungannya terlebih dahulu di tengah perlambatan ekonomi dan konflik di Timur Tengah.

IHSG
IHSG

Untuk perdagangan pekan ini, Imam mengatakan IHSG akan dibayangi oleh 3 sentimen utama, yakni data inflasi AS, kelanjutan perang di Timur Tengah dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia.

Terkait sentimen data inflasi AS. Pada pekan ini pasar akan fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis, 10 Oktober 2024 pukul 19.30 WIB. Data ini akan sangat memengaruhi kebijakan The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya khususnya untuk meeting di November dan Desember 2024 mendatang.

"Data inflasi AS pada bulan Agustus berada di angka 2,5% (yoy) dan diproyeksikan turun ke 2,3% (yoy) mendekati target The Fed di 2%. Sehinggga jika nanti data yang dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih rendah, tentunya akan menjadi katalis positif bagi pasar," kata Imam.

Selain data inflasi tahunan, imbuh Imam, data inflasi bulanan AS juga tidak kalah penting untuk melihat progress dalam time frame yang lebih pendek, dimana inflasi bulanan AS diproyeksikan akan turun ke 0,1% (MoM) dari periode sebelumnya di 0,2%(MoM).

Selanjutnya masih ada sentimen kelanjutan perang di Timur Tengah. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah masih menjadi topik yang perlu diperhatikan pada pekan ini.

Hingga Minggu, 6 Oktober 2024, masih terjadi serangan beruntun yang melanda pinggiran selatan Beirut. Serangan ini terjadi setelah beberapa hari pengeboman oleh Israel terhadap pinggiran Beirut yang dianggap sebagai benteng bagi kelompok bersenjata Hezbollah yang didukung Iran, yang mengakibatkan kematian pemimpin mereka, Sayyed Hassan Nasrallah.

"Berlanjutnya perang ini berpotensi membuat harga minyak naik lagi dan ada probability dapat mempengaruhi laju inflasi sehingga menjadi sentimen yang buruk bagi ekonomi. Namun di sisi lain, emiten-emiten yang bergerak di industi migas akan diuntungkan atas kenaikan harga minyak ini," tambah Imam.

Sementara itu dari sentimen domestik, Indonesia akan merilis data Consumer Confidence atau Indeks Keyakinan Konsumen, data ini dapat menjadi rujukan untuk melihat bagaimana point of view konsumen terhadap beberapa indikator seperti kondisi ekonomi saat ini, prospek ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi pendapatan untuk saat ini dan 6 bulan kedepan.

"Jika data ini naik akan menjadi sentimen positif bagi pasar karena pertumbuhan ekonomi Indonesia >50% porsinya berasar dari consumption atau rumah tangga," pungkas Imam.

Berkaca pada data-data ekonomi dan sejumlah sentimen, teristimewa sentimen perang Timur Tengah yang masih akan memengaruhi market pekan ini IPOT merekomendasikan saham BUMI, ICBP, hingga LSIP.

  • Buy on Breakout BUMI (Support 156, Resist 132).

PT Bumi Resources Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan minyak bumi. Kenaikan harga minyak yang akhir-akhir ini terjadi, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perusahaan batu bara dan minyak bumi seperti BUMI.

Biasanya permintaan akan energi khsususnya minyak dapat meningkat karena dibutuhkan untuk bahan bakar perang, selain itu perang juga dapat mengganggu rantai pasokan yang membuat harga minyak naik ditambah dengan sentimen stimulus dari China yang juga dapat meningkatkan permintaan minyak.

Salain minyak, komoditas yang terpengaruh adalah batu bara, di tengah harga minyak yang naik dapat membuat konsumen minyak beralih ke energi lain yang lebih terjangkau yaitu batu bara, sehingga hal ini dapat membuat permintaan komoditas baru bara juga meningkat.

  • Buy ICBP (Support 12.875, Resist 11.825).

Adanya sentimen perang yang terjadi di Timur Tengah dapat mengubah keputusan investasi pelaku pasar, dari sebelumnya pasar berinvestasi pada sektor yang agresif berubah haluan ke sektor yang lebih defensif seperti consumer non cyclic salah satunya adalah ICBP.

  • Buy LSIP (Support 1100, Resist 995)

Harga minyak sawit mendekati level tertinggi dalam 6 bulan didorong oleh naiknya kontrak kedelai Chicago dan melemahnya MYR tehadap USD.

Kemudian India, sebagai importir utama CPO terdapat permintaan yang kuat dalam jangka pendek menjelang musim perayaan Diwali, seiring dengan dampak peningkatan bea masuk yang mulai mereda.

Kenaikan ini juga tidak terlepas dari meningkatnya kekhawatiran bahwa konflik yang lebih luas di Timur Tengah yang dapat mengganggu rantai pasok di wilayah tersebut.

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper