Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke Level Rp15.485, Dolar AS & Mata Uang Asia Turun

Rupiah ditutup melemah 0,44% ke level Rp15.206 per dolar AS pada Jumat (4/10/2024).
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah menuju posisi Rp15.485 pada perdagangan Jumat (4/10/2024). Pada saat bersamaan, mayoritas mata uang asia dan dolar AS juga loyo. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 56,50 poin atau 0,37% ke level Rp15.485 per dolar AS hingga penutupan pasar. Adapun, indeks dolar AS turun 0,11% ke posisi 101,87. 

Sementara itu, mata uang lain di Asia juga mayoritas melemah. Won Korea ditutup menurun 0,03% dan yuan China melemah 0,11%. Ringgit Malaysia turut memerah dengan penurunan 0,12%, sedangkan yen Jepang masih naik 0,41%. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan fokus investor saat ini tertuju pada laporan utama penggajian nonpertanian AS yang akan segera dirilis. Hal ini memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek suku bunga The Fed ke depan. 

“Serangkaian rilis data minggu ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi solid, setelah aktivitas sektor jasa negara itu melonjak ke level tertinggi pada September,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/10/2024). 

Menurut Ibrahim, kondisi ini membuat pelaku pasar mengurangi taruhan soal pemotongan kembali suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan depan. 

Dari dalam negeri, pasar terus mengalami deflasi yang terjadi selama 5 bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024. Kondisi tersebut memperlihatkan masyarakat kelas menengah tidak memiliki kemampuan lagi untuk berbelanja. 

“Oleh karena itu, permintaan bank sentral Indonesia agar masyarakat lebih banyak belanja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5% mustahil terwujud. Pasalnya, hampir semua sektor industri melakukan Pemutusan Hubungan Kerja [PHK] yang bakal berimbas pada anjloknya daya beli,” ucap Ibrahim. 

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Pertama adalah PHK. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 53.993 tenaga kerja terkena PHK per 1 Oktober 2024, dengan sebagian besar berasal dari sektor manufaktur. 

Tiga provinsi dengan angka PHK terbesar adalah Jawa Tengah, Banten, dan Jakarta. Hingga akhir tahun ini, diperkirakan angka PHK akan melonjak lebih dari 75.000. 

Kedua, minimnya lapangan kerja di sektor padat karya. Dalam kurun lima tahun terakhir, nyaris tidak ada lapangan pekerjaan baru di sektor padat karya. Padahal, sektor ini menjadi andalan untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. 

Ketiga, tingginya suku bunga. Meski Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan menjadi 6% pada September 2024, uang yang beredar di masyarakat menjadi lebih mahal dan belum terindikasi bisa mengurangi lonjakan deflasi ke depan. 

“Sebab, PHK massal dan tidak adanya lapangan kerja baru belum sepenuhnya teratasi. Konsekuensinya, daya beli masyarakat juga belum akan membaik,” tutur Ibrahim.

Untuk perdagangan pekan depan, Senin (7/10/2024), dia memperkirakan rupiah bakal bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.470 – Rp15.580 per dolar AS.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper