Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dominasi Sektor Energi dan Finansial, Intip Pipeline Emisi Obligasi BEI

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan terdapat 21 emisi dari 16 penerbit efek bersifat utang dan dan sukuk (EBUS) yang berada dalam pipeline.
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan terdapat 21 emisi dari 16 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) yang berada dalam pipeline

Sampai dengan 20 September 2024, BEI mencatat 107 emisi dari 63 penerbit EBUS telah diterbitkan, dengan dana yang dihimpun sebesar Rp91,3 triliun. 

“Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 588 emisi dengan outstanding sebesar Rp463,26 triliun dan US$60,12 juta, yang diterbitkan oleh 132 emiten,” kata PH Sekretaris Perusahaan BEI Eko Susanto lewat keterangan resmi, Sabtu (23/9/2024). 

Sepanjang 1-20 September 2024, BEI sudah mencatat penerbitan obligasi korporasi dari tiga perusahaan. Pertama, Obligasi Berkelanjutan I Oto Multiartha Tahap II Tahun 2024 oleh PT Oto Multiartha senilai Rp700 miliar pada 5 September 2024.

Kedua, Obligasi Berkelanjutan VI Federal International Finance dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap IV Tahun 2024 senilai Rp2,5 triliun pada 9 September 2024.  

Ketiga, Obligasi Berkelanjutan II Provident Investasi Bersama Tahap III Tahun 2024 senilai Rp1,1 triliun. Obligasi itu diterbitkan oleh PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) dan mendapat peringkat idA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). 

Di belakangnya, sejumlah korporasi lain bersiap untuk masuk ke pasar obligasi. BEI mencatat pipeline penerbitan EBUS didominasi oleh korporasi di sektor basic material, finansial, dan energi.

Lebih terperinci, 16 calon penerbit EBUS itu berasal dari 2 perusahaan di sektor basic materials, 1 perusahaan di sektor consumer cyclicals, 3 perusahaan di sektor energi, 5 perusahaan di sektor finansial, 2 perusahaan di sektor industrial, 1 perusahaan di sektor properti dan real estate dan 2 perusahaan di sektor transportasi dan logistik. 

Sebelumnya, Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Laras Febriany mengatakan kelas aset obligasi secara historis mencatat kinerja baik dalam periode pemangkasan suku bunga, sehingga dapat menjadi opsi bagi investor untuk mendapatkan potensi capital gain memasuki periode pemangkasan suku bunga global. 

Di sisi lain, pasar tidak bergerak dalam garis lurus, selalu saja ada dinamikanya, oleh karena itu karakter obligasi yang defensif memberikan elemen stabilitas untuk menjaga keseimbangan portofolio investor.

Menurutnya, dimulainya siklus pemangkasan suku bunga The Fed juga diperkirakan dapat menjadi iklim yang suportif bagi rupiah dan bisa menarik arus dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia lebih lanjut. 

Pasar obligasi sendiri sudah konsisten mencatat kinerja positif sejak periode Juli – Agustus dan terlihat masih terus berlanjut. Sementara itu, nilai tukar rupiah cenderung terus menguat, saat ini di kisaran Rp15.340 per 18 September 2024, dan arus dana investor asing ke pasar obligasi pun meningkat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper