Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiahterhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka lesu ke level Rp15.644 pada perdagangan awal pekan, Senin, (9/10/2023). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau perkasa pagi ini, serta beberapa mata uang Asia lainnya masih kebal terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Senin, (9/10/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,20 persen atau 32 poin ke level Rp15.644 per dolar AS, setelah ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,20 persen ke posisi 106,25 pada pagi ini.
Adapun, beberapa mata uang Asia lainnya masih menguat terhadap dolar AS, misalnya, yen Jepang menguat 0,12 persen, dolar Taiwan menguat 0,51 persen, dolar Hongkong naik 0,02 persen, rupee India menguat 0,01 persen, dan yuan China stagnan.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Singapura melemah 0,10 persen, peso Filipina terkoreksi 0,39 persen, won Korea melemah 0,02 persen, ringgit Malaysia turun 0,23 persen, dan baht Thailand melemah 0,36 persen.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan setelah indikator pasar tenaga kerja AS dirilis pekan lalu, dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS melonjak, terutama karena data nonfarm payroll (NFP) tercatat lebih tinggi dari perkiraan.
Meski demikian, tren penguatan dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS mereda karena investor menilai indikator pasar tenaga kerja tidak cukup kuat untuk mendorong kenaikan suku bunga Federal Reserve pada 2023. Kemungkinan kenaikan suku bunga hanya meningkat menjadi 44 persen dari sebelumnya 33 persen.
Baca Juga
NFP tenaga kerja AS pada September naik menjadi 336.000 dari sebelumnya 187.000, lebih tinggi dari perkiraan, 170.000. Di sisi lain, tingkat pengangguran AS tercatat 3,8 persen, lebih tinggi dari perkiraan 3,7 persen, dan penghasilan per jam rata-rata tercatat 0,2 persen secara bulanan (mom), lebih rendah dari perkiraan, 0,3 persen.
“Setelah data pasar tenaga kerja dirilis, indeks dolar AS melonjak menjadi 106,95, namun seiring dengan meredanya sentimen, indeks dolar AS ditutup melemah sebesar 0,27 persen menjadi 106,04 pada akhir pekan lalu,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (9/10/2023).
Senada dengan tren dolar AS, lanjut Josua, yield obligasi pemerintah AS mencapai 4,87 persen setelah data tenaga kerja dirilis. Yield UST masih ditutup meningkat 8 bps ke level 4,80 persen pada akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, pada pekan lalu rupiah terdepresiasi karena data AS yang lebih kuat di awal minggu. Rupiah melemah 0,99 persen secara mingguan. Yield obligasi rupiah turun 2-6 bps karena penurunan yield UST dan apresiasi rupiah.
Pada perdagangan hari ini, Josua memprediksi nilai tukar rupiah berada di rentang Rp15.575-Rp15.675 per dolar AS.