Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak sekitar dua persen ke level tertinggi dalam 10 bulan pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, karena prospek pasokan yang lebih ketat dan optimisme OPEC terhadap ketahanan permintaan energi di negara-negara besar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terangkat 1,6 persen, menjadi menetap di US$92,06 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober meningkat 1,6 persen, menjadi ditutup pada 88,84 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Kedua harga acuan tersebut secara teknis masih berada dalam kondisi jenuh beli selama delapan hari berturut-turut, dan ditutup pada level tertinggi sejak November 2022.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2023 dan 2024, dengan alasan bahwa negara-negara besar lebih kuat dari perkiraan. Laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024.
“Harga minyak mentah menguat setelah laporan bulanan OPEC menunjukkan pasar minyak akan menjadi lebih ketat dari perkiraan awal,” Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analisis OANDA, mengatakan dalam sebuah catatan.
Baca Juga
Untuk menjaga pasokan tetap terbatas, Arab Saudi dan Rusia pekan lalu memperpanjang pengurangan pasokan sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun. OPEC, Rusia dan produsen sekutunya dikenal sebagai OPEC+.
Anggota OPEC Libya menutup empat terminal ekspor minyak di wilayah timur karena badai mematikan, sementara anggota OPEC+ Kazakhstan mengurangi produksi minyak harian untuk pemeliharaan.
Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan produksi minyak global akan meningkat dari 99,9 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 101,2 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 102,9 juta barel per hari pada tahun 2024, sementara permintaan dunia akan meningkat dari 99,2 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 101,0 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 102,3 juta barel per hari pada tahun 2024.
Bandingkan dengan rekor produksi minyak global sebesar 100,5 juta barel per hari pada tahun 2018 dan rekor konsumsi dunia sebesar 100,8 juta barel per hari pada tahun 2019, menurut Short Term Energy Outlook EIA.
EIA memperkirakan persediaan minyak global akan turun hampir setengah juta barel per hari pada paruh kedua tahun 2023, menyebabkan harga minyak naik dengan harga Brent rata-rata 93 dolar AS per barel pada kuartal keempat.
Di AS, EIA memproyeksikan produksi minyak mentah akan meningkat dari 11,9 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 12,8 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 13,2 juta barel per hari pada tahun 2024, sementara konsumsi akan meningkat dari 20,0 juta barel per hari pada tahun 2022 menjadi 20,1 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 20,3 juta barel per hari. pada tahun 2024.
Bandingkan dengan rekor produksi minyak mentah AS sebesar 12,3 juta barel per hari pada tahun 2019 dan rekor konsumsi sebesar 20,8 juta barel per hari pada tahun 2005.
Ke depan, pedagang minyak menunggu perkiraan pasokan-permintaan dari Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu, dan data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada Selasa waktu setempat
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan sekitar 1,9 juta barel minyak mentah dari stok AS selama pekan yang berakhir 8 September. Itu akan menjadi penarikan mingguan kelima berturut-turut, terpanjang sejak Januari 2022.