Bisnis.com, JAKARTA - Pasar obligasi Indonesia berpotensi masih menarik untuk investor asing pada semester II/2023 didukung oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang relatif stabil.
Berdasarkan data World Government Bonds dikutip Selasa, (15/8/2023), Credit Default Swap (CDS) 5 tahun RI naik 2,17 persen ke level 83,50. Selain itu, imbal hasil SUN acuan tenor 10 tahun naik ke level 6,4 persen.
Direktur Pinnacle Persada Investama Indra Muharam Firmansyah mengatakan, perfoma surat utang, terutama SUN sangat baik pada semester I/2023 didorong oleh tingginya inflow investor asing dan juga institusi lokal yang banyak membeli obligasi pemerintah untuk portofolio investasi.
"Ke depannya kinerja pasar obligasi atau surat utang negara mungkin akan lebih terbatas mengingat yield obligasi pemerintah 10 tahun sudah pernah menyentuh level 6,2-6,3 persen. Kemungkinan dalam jangka pendek juga akan terjadi koreksi kecil," ujar Indra kepada Bisnis, Selasa, (15/8/2023).
Kendati demikian, dia mengatakan bagi investor yang memang ingin memiliki portofolio yang lebih defensif di tengah volatilitas pasar yang tinggi, surat utang negara tetap menarik dan bisa menjadi pilihan sebagai salah satu underlying portofolio.
Indra mengatakan, secara fundamental kondisi ekonomi domestik masih sangat solid, karena pemerintah berhasil menjaga tingkat inflasi dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI7DRR yang masih stabil di level 5,75 persen.
Baca Juga
"Besarnya inflow atau outflow baik asing maupun lokal yang akan lebih mempengaruhi performa surat hutang negara pada semester II/2023," jelas Indra.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menambahkan, jika kondisi inflasi di Amerika Serikat (AS) sudah terkendali, dan kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed sudah mulai ada titik terang, maka yield SUN bisa menurun.
"Perkiraan range yield wajar untuk SUN versi Panin AM adalah 5,75-6,25 persen. Namun jika inflasi AS masih tidak terkendali, ruang pergerakannya masih bisa lebar," kata Rudi kepada Bisnis.
Menurutnya, penurunan yield dapat dimanfaatkan untuk membeli obligasi pemerintah di yield yang murah, dan pihaknya mempertimbangkan untuk memperpanjang durasi portofolio.
Di lain sisi, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, US treasury yield acuan 10 tahun yang terus meningkat sejak Mei 2023 dan pemangkasan utang jangka panjang AS oleh Fitch membuat indeks dolar AS menguat dan menyebabkan pelemahan rupiah.
Sebagai informasi, US treasury yield acuan 10 tahun naik ke level 4,19 persen. Selain itu, Fitch juga memangkas peringkat utang jangka panjang AS dari level tertinggi AAA menjadi AA+. Alasan Fitch memangkas peringkat tersebut didorong oleh perkiraan bahwa AS akan mengalami penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan
"Bulan ini Fitch juga downgrade utang AS serta ketidakpastian terkait posisi utang AS dan fakta AS sudah lagi terbitkan obligasi baru semua membuat yield-nya makin naik. US treasury yield naik untuk alasan tersebut dan ini juga membuat yield Indonesia ikut naik. Ketidakpastian ini sejalan dengan kenaikan CDS 5 tahun," pungkas Arjun.