Bisnis.com, JAKARTA — Emiten subholding gas Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN melakukan pertemuan dengan analis saham dan investor, termasuk di antaranya Lo Kheng Hong. Lo Kheng Hong merupakan investor saham kawakan yang kerap disebut sebagai Warren Buffett Indonesia.
Kendati menghadiri acara tersebut, Lo Kheng Hong belum masuk daftar pemegang saham terbesar PGAS. Mengutip data Bloomberg, tercatat investor PGAS mayoritas berasal dari kalangan institusi.
Susunan Pemegang Saham Terbesar PGN (PGAS)
- Pertamina (56,96 persen)
- Vanguard Group (1,41 persen)
- Norges Bank (1,24 persen)
- BlackRock (0,97 persen)
- Sucorinvest Asset Management (0,57 persen)
- Wisdom Tree (0,50 persen)
- Dimensiononal Fund Advisors (0,39 persen)
- Schroders PLC (0,20 persen)
- Allianz SE (0,20 persen)
- Indopremier Securities (0,19 persen)
Pada perdagangan Senin (24/7/2023) pukul 15.15 WIB, saham PGAS naik 1,45 persen atau 20 poin menjadi Rp1.400. Kapitalisasi pasarnya Rp33,94 triliun dengan valuasi PER 6,58 kali. Meski melejit belakangan, sepanjang 2023 saham PGAS masih turun 20,45 persen.
Direktur Utama PGAS Arief Setiawan Handoko dalam pertemuannya dengan para analis saham dan investor menyampaikan PGAS atau PGN akan memperkuat kontribusi bisnis upstream, midstream hingga downstream untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Hal ini disampaikan
“Banyak isu dan tantangan yang dihadapi saat ini. Namun di balik itu terdapat peluang yang cukup besar untuk PGN untuk menjaga kelangsungan hidup menjadi agregator gas nasional ke depan,” kata Arief dikutip dari keterangan, Minggu (23/7/2023).
Dari sisi upstream, Arief mengatakan PGN Saka berhasil menambah volume produksi minyak sebesar 2.200 barrel per hari dengan no water contain belum lama ini.
Baca Juga
Kemudian terdapat tambahan gas yang bisa dimanfaatkan sebesar 20–40 MMSCF dengan potensi mencapai 8.800 hingga 10.000 barel minyak dari Blok Pangkah
“Ke depan, bisnis upstream dapat berkontribusi lebih besar untuk PGN dan turut mendukung peningkatan lifting migas untuk negara,” kata Arief.
Arief menjelaskan bahwa sinergi Pertamina Grup dengan Pertamina Hulu Rokan dalam pembangunan Pipa Minyak Rokan telah berkontribusi terhadap pendapatan PGAS sebesar US$11,8 Juta per bulan.
Di sisi lain, pengembangan dan pengelolaan dan infrastruktur pipa gas, jaringan di wilayah Sumatra telah menghubungkan Singapura, Batam hingga Jawa Barat. Saat ini, juga sedang dibangun pipa yang menghubungkan Cirebon ke Semarang dengan potensi permintaan dari kawasan industri Jawa Tengah.
“Sei Mangkei ke Dumai juga akan kami sambungkan. Kami juga ada Kalija dan apabila WNTS telah terhubung dengan Sumatra, maka akan menambah pasokan gas apabila kekurangan pasokan dan meningkatkan volume penjualan gas,” jelas Arief.
Arief turut menjelaskan potensi serapan gas dari kilang-kilang Pertamina di Cilacap, Balongan, dan Balikpapan. Untuk tahap awal, PGAS akan menyalurkan sekitar 10 MMSCF gas ke subholding kilang.
Adapun, pengembangan bisnis di luar pipa gas, PGAS mulai membangun storage liquid natural gas (LNG) melalui proyek revitalisasi tank LNG di Arun yang memiliki potensi captive tenant untuk menampung LNG.
Upaya lain yang dilakukan PGN juga mencakup komitmen pemenuhan kontrak LNG Trading yang dilaksanakan dengan sejumlah pihak.
“Tantangan menjadi peluang yang kuat. Tahap-tahapnya sudah berjalan dan sudah ada sedikit lampu hijau berkaitan dengan kontrak LNG Trading. Kami berharap dapat memberikan hasil positif dan kedepannya bisnis ini akan dapat menopang kinerja PGN,” kata Arief.