Bisnis.com, JAKARTA - Kendaraan investasi Pemerintah Singapura, GIC melalui Salween Investment Pte Ltd. berpotensi menambah kepemilikan sahamnya di pengelola jaringan Cinema XXI PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. yang akan melakukan private placement dan penawaran umum perdana saham (IPO).
GIC Singapura dengan pengelola Cinema XXI menjalin hubungan pada Desember 2016. Ketika itu, GIC menandatangani kerja sama strategis senilai US$265 juta atau setara Rp3,5 triliun dengan kurs saat itu.
Investasi oleh GIC mencerminkan keyakinan perusahaan investasi tersebut terhadap potensi pertumbuhan jangka panjang Indonesia.
Berdasarkan keterangan resmi pada 2016, keahlian operasional NSR dan portofolio bioskop-bioskop berkualitas tinggi memposisikannya dengan baik untuk mendapatkan keuntungan dari kelas konsumen yang berkembang pesat dan perkembangan ekonomi di Indonesia.
Berkat investasi GIC tersebut, Cinema XXI terus melebarkan ekspansinya dalam menambah layar bisokop. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia pada 2016 Cinema XXI tercatat mempunyai 865 layar. Kemudian pada 2017 bertambah menjadi 949 layar.
Sampai dengan Maret 2023, Cinema XXI telah menghadirkan 1.235 layar di 230 lokasi bioskop yang tersebar di 71 kota di seluruh Indonesia, dan akan terus berkembang untuk mencapai target 2.000 layar dalam 5 tahun ke depan.
Baca Juga
Dalam prospektus yang terbit di Harian Bisnis Indonesia, Jumat (7/7/2023), struktur pemegang saham Cinema XXI saat ini adalah PT Harkatjaya Bumipersada (HJB) sebanyak 60 miliar saham atau setara 79,99 persen, PT Adi Pratama Nusantara (APN) sebanyak 15 miliar saham atau 20 persen, dan Salween Investment Pte. Ltd. (SIP) sebanyak 10 juta saham atau 0,01 persen kepemilikan.
Pemegang saham Cinema XXI berencana melepas sahamnya, yakni HJB dengan jumlah sebanyak-banyaknya 6,67 miliar saham biasa atau 8 persen, dan APN sebanyak-banyaknya 1,66 miliar saham atau sebesar-besarnya 2 persen dari modal ditempatkan dan disetor Cinema XXI setelah penawaran umum perdana saham (IPO), dengan harga penjualan sama dengan harga penawaran.
Rencana pelepasan saham ini akan dilakukan oleh pemegang saham penjual melalui penawaran terbatas atau private placement, yang akan ditawarkan kepada tidak lebih dari 100 pihak, dan akan dijual kepada tidak lebih dari 50 pihak.
Selain rencana tersebut, masing-masing pemegang saham Cinema XXI saat ini, HJB dan APN telah menandatangani call option agreement tanggal 5 Desember 2016 dengan SIP. Berdasarkan hal ini, HJB akan memberikan hak opsi kepada SIP untuk membeli sebanyak-banyaknya 15 miliar saham yang dimilikinya yang merupakan saham lama milik HJB.
APN juga akan memberikan hak opsi ke SIP untuk membeli sebanyak-banyaknya 3,745 miliar saham Cinema XXI yang dimilikinya, yang merupakan saham lama APN.
Dengan asumsi call option digunakan seluruhnya, maka struktur permodalan dan susunan pemegang saham setelah call option menjadi HJB dengan 38,33 miliar saham atau setara 45,99 persen kepemilikan, APN sebanyak 9,58 miliar saham atau setara 11,5 persen kepemilikan, dan SIP menjadi 18,76 miliar saham atau setara 22,51 persen kepemilikan.
Sebagaimana diketahui, Cinema XXI membeberkan rencana IPO dengan melepas sebanyak-banyaknya 8.335.000.000 (8,33 miliar) saham dengan nilai nominal Rp8. Jumlah saham itu setara 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.
Cinema XXI menetapkan rentang harga penawaran awal Rp270-Rp288 per saham. Dalam IPO ini, Cinema XXI berpotensi meraih dana Rp2,25 triliun-Rp2,40 triliun setelah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Cinema XXI dalam melakukan IPO juga akan melaksanakan program saham untuk karyawan (ESA) sejumlah 0,13 persen saham atau setara 11.112.000 (11,11 juta) saham.
Di samping IPO, Cinema XXI juga akan melaksanakan private placement 10 persen saham kepada beberapa investor strategis. Pelepasan saham dilakukan oleh PT Harkatjaya Bumipersada (HJB) sebanyak 8 persen, dan PT Adi Pratama Nusantara (APN) sejumlah 2 persen.