Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara global melemah tetapi bukan dipengaruhi oleh pemangkasan produksi batu bara oleh China, melainkan adanya ancaman utama resesi global.
Berdasarkan data Barchart, pukul 16.40 WIB harga batu bara kontrak Mei turun 0,65 persen ke US$169 per ton, sementara itu kontrak Juni turun 0,85 persen. Batu bara kontrak Agustus menjadi batu bara berjangka yang mengalami penurunan paling dalam yaitu 4,60 persen ke posisi US$178 per ton.
Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan keputusan China memangkas produksi hingga 50 juta ton batu bara sama seperti OPEC+ yang memangkas produksi oil. Pemangkasan ini tidak akan memberikan pengaruh banyak terhadap penurunan harga batu bara.
“Ada faktor fundamental lainnya yang mempengaruhi penurunan batu bara seperti angka supply dan demand serta adanya ancaman resesi global,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (10/5/2023).
Saat ini, batu bara sedang dalam fase bearish dengan penurunan tajam. Wahyu bilang pemangkasan produksi oleh China setidaknya dapat menopang sedikit batu bara agar harganya tidak semakin anjlok.
Sebelumnya, angka impor batu bara China pada April terpantau menurun dibandingkan pada Maret yang menyentuh rekor tertinggi 15 bulan terakhir. Data administrasi bea cukai China menyebutkan penurunan tersebut disebabkan oleh permintaan listrik yang lemah, persediaan yang tinggi, dan penurunan harga domestik membatasi pembelian di luar negeri.
Baca Juga
Sementara itu Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menetapkan batas harga batu bara sebesar US$125 per ton. Nilai komoditas berkurang setengahnya selama Januari dan Februari 2023, hanya dua bulan setelah tindakan tersebut diberlakukan.
Berdasarkan pemberitaan Bloomberg, China yang dikabarkan memangkas produksi 50 juta ton batu bara disebabkan oleh menghentikan operasi di 32 lokasi produksi batu bara di Mongolia Dalam setelah kecelakaan maut pada Februari yang memicu pemeriksaan keselamatan nasional.
Operasi yang terkena dampak adalah lubang terbuka dengan lereng curam di tepi area penambangan. Itu menimbulkan risiko keselamatan yang serupa dengan kecelakaan fatal, di mana tanah longsor menyebabkan 53 orang tewas atau hilang, menurut laporan publikasi industri Thermal Coal Group, mengutip National Mine Safety Administration.
Menanggapi tren harga batu bara yang menurun, Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat mengatakan saat ini justru baik karena batu bara yang dipakai jenis metcoal bukan thermal coal yang turun.
“Kita tidak merasa metcoal harganya jelek kalau bisa stabil di sini profit dari ADMR akan sangat baik,” kata Ariano.