Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau elemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (10/8/2022). Pelemahan juga terpantau dirasakan pada beberapa mata uang lain di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,14 persen atau 20,50 persen ke posisi Rp14.873 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS justru melemah 0,103 poin atau 0,10 persen ke posisi 106,27.
Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia turut terpantau melemah pada pukul 09.15 WIB., di antaranya yen Jepang melemah 0,03 persen, dolar Taiwan melemah 0,12 persen, won Korea Selatan melemah 0,26 persen, peso Filipina melemah 0,35 persen, dan rupee India melemah 0,52 persen.
Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatuf namun ditutup menguat di rentang Rp14.830-Rp14.890 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan investor saat ini menunggu data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini, yang dapat mengambil tekanan dari Federal Reserve dan menempatkannya pada greenback jika itu menunjukkan laju kenaikan harga telah mencapai puncaknya.
Sementara itu, pasar saham AS melihat sesi yang bergejolak pada hari Senin di tengah kantong pendapatan yang beragam, yang mendorong permintaan safe haven.
Baca Juga
“Investor juga terjebak antara pertumbuhan dan permainan nilai, menjelang data inflasi akhir pekan ini,” tulisnya dalam riset harian, Selasa (9/8/2022).
Ibrahim mengatakan fokus saat ini ada pada data CPI AS untuk bulan Juli, yang akan dirilis pada hari Rabu. Di mana analis mengharapkan pembacaan tahun-ke-tahun sebesar 8,7 persen, turun dari 9,1 persen yang terlihat pada bulan Juni.
Di sisi lain, menurutnya penurunan inflasi yang lebih besar dari perkiraan kemungkinan akan menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga yang tajam oleh Federal Reserve, dan akan positif untuk harga emas.
Sementara itu di dalam negeri, terdapat sentimen datang dari data utang Indonesia naik Rp121 triliun menjadi Rp7.123,62 triliun. Adapun, secara rasio terhadap produk domestik bruto (PDB), utang tersebut dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.
Ditambah lagi, jumlah utang pemerintah Indonesia merupakan paling kecil di dunia dibandingkan negara-negara lainnya yang merupakan 40 persen dari PDB. Sedangkan negara-negara maju lainnya hingga 100 persen dari PDB.
“Utang pemerintah sebesar Rp.7.123,62 triliun merupakan utang produktif . dimana utang tersebut digunakan untuk pembangunan jalan tol dan tentu utangnya akan dikembalikan kepada orang yang memberikan pinjaman,” jelasnya.
Sementara berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (rupiah), yaitu 70,29 persen. Selain itu, saat ini kepemilikan oleh investor asing terus menurun sejak tahun 2019 yang mencapai 38,57 persen, hingga akhir tahun 2021 yang mencapai 19,05 persen, dan per 5 Juli 2022 mencapai 15,89 persen.