Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (14/7/2022) meskipun mendapat sentimen negatif lonjakan inflasi AS dan potensi kenaikan suku bunga The Fed.
IHSG terpantau parkir di zona hijau, naik 0,74 persen atau 49,09 poin ke posisi 6.690,08. IHSG bergerak di kisaran 6.607 hingga 6.700 sepanjang perdagangan.
Sebanyak 209 saham berada di zona hijau, 295 saham di zona merah, dan 177 saham stagnan. Total transaksi Rp10,56 triliun.
Saham big cap terpantau menguasai zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini, dipimpin oleh PT Astra International Tbk. (ASII) yang menguat 3,86 persen dan membawanya ke posisi 6.050.
GOTO dan TPIA juga menguat masing-masing 2,47 persen dan 2,17 persen. Saham BBCA naik 0,25 persen, BBCA 0,36 persen, TLKM 2,03 persen, dan GOTO 2,47 persen.
Mengutip riset harian Bahana Sekuritas, secara teknikal IHSG diperkirakan kembali mengalami tekanan dengan range pergerakkan 6.550 - 6.750.
Baca Juga
Selain itu, pergerakan IHSG hari ini menurut Bahana Sekuritas dipengaruhi oleh melemahnya bursa saham Amerika Serikat setelah rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari pada perkiraan yaitu berada di level 9,1 persen year on year atau naik 1,31 persen month to month.
Di sisi lain, beberapa harga komoditas minyak mentah dan gas mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,58 persen dan 7,03 persen karena adanya pemeliharaan rutin pipa gas utama Gazprom dan naiknya harga bahan bakar.
Selain itu, China telah merilis data trade balance sebesar US$97,94 miliar yang meningkat dari sebelumnya US$78,76 miliar.
Namun Bahana Sekuritas memperkirakan pada kuartal III/2022 nilai tersebut akan menurun karena adanya pemberlakuan kebijakan lockdown didukung dengan kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Melansir Investors.com, tingkat inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) utama AS melonjak menjadi 9,1 persen di bulan Juni dari 8,6 persen di bulan Mei, level tertinggi baru dalam 40 tahun dan di atas proyeksi 8,8 persen. Inflasi inti, yang menghapus makanan dan energi, turun tipis menjadi 5,9 persen dari 6 persen.
Dengan harga minyak mentah dan bensin yang turun secara signifikan dari pertengahan Juni, inflasi utama akhirnya mungkin agak mendingin di bulan Juli. Namun, kenaikan harga berbasis luas Juni adalah tanda yang tidak menyenangkan untuk inflasi jangka panjang.
Inflasi inti naik 0,7 persen vs. Mei, bulan ketiga berturut-turut dari percepatan kenaikan, secara berurutan dan tidak bulat. Harga jasa tidak termasuk energi naik menjadi 5,5 persen vs setahun sebelumnya.
"Akibatnya, FedWatch CME sekarang melihat peluang 78 persen kenaikan suku bunga Fed 100 basis poin pada akhir pertemuan 26-27 Juli, naik dari 8 persen pada hari Selasa. Pasar sebelumnya telah meyakini kenaikan suku bunga The Fed 75 basis poin sebelum data inflasi Selasa," mengutip laporan tersebut.