Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekuitas Negatif Garuda Indonesia (GIAA) Rp91,65 Triliun, Apa Artinya?

Emiten BUMN maskapai, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) telah mencatatkan kinerja keuangan kurang sehat selama dua tahun terakhir. Pada 2021 dan 2022 GIAA mencatatkan nilai ekuitas negatif yang bertambah besar.
Karyawan melakukan perawatan pesawat milik PT Garuda Indonesia di dalam hanggar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, Kamis (30/6/2022). Bloomberg/ Dimas Ardian
Karyawan melakukan perawatan pesawat milik PT Garuda Indonesia di dalam hanggar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, Kamis (30/6/2022). Bloomberg/ Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN maskapai, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mencatatkan ekuitas negatif sepanjang dua tahun terakhir. Hal ini menunjukkan kinerja kurang sehat karena nilai liabilitas lebih tinggi daripada asetnya.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, emiten berkode GIAA ini mencatatkan total ekuitas negatif sebesar US$6,11 miliar atau setara Rp91,65 triliun (kurs Rp15.000) meningkat 214,9 persen dibandingkan dengan negatif US$1,94 miliar setara Rp29,1 triliun pada 2020.

Peningkatan ekuitas negatif tersebut akibat saldo defisit yang belum dicadangkan meningkat menjadi US$7,41 miliar pada 2021 dibandingkan dengan saldo defisit US$3,26 miliar.

Defisit atau ekuitas negatif ini didapat dari total liabilitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan aset GIAA. Per 31 Desember 2021, total liabilitasnya mencapai US$13,3 miliar naik 4,72 persen dibandingkan dengan 2020 yang sebesar US$12,73 miliar.

Dengan rincian liabilitas jangka pendek sebesar US$5,77 miliar naik dari US$4,29 miliar pada 2020. Peningkatan terutama terjadi karena liabilitas akrual yang meningkat menjadi US$739,3 juta dari US$378,37 juta, liabilitas sewa naik US$1,84 miliar dari US$1,5 miliar, serta liabilitas estimasi biaya pengembalian pesawat dan pemeliharan pesawat yang naik signifikan menjadi US$667,01 juta.

Sementara itu, liabilitas jangka panjang maskapai BUMN itu turun menjadi US$7,53 miliar dari US$8,43 miliar. Penurunan terutama karena turunnya liabilitas sewa menjadi US$3,76 miliar dari US$4,49 miliar.

Di sisi lain, posisi total aset Garuda hanya US$7,19 miliar turun 33,3 persen dari 2020 yang sebesar US$10,78 miliar.

Total aset lancar perseroan turun signifikan menjadi US$305,72 juta dari US$536,54 juta. Penurunan terutama karena merosotnya posisi kas dan setara kas dari US$200,97 juta menjadi hanya US$54,44 juta.

Adapun, aset tidak lancar turun signifikan menjadi US$6,88 miliar dari Rp10,78 miliar. Penurunan terutama seiring dilepasnya sejumlah aset tetap, sehingga aset tetap bersih yang dihitung tinggal US$5,85 miliar dari US$9,39 miliar.

Mengutip investopedia.com, Rabu (13/7/2022), Ekuitas mewakili kekayaan bersih perusahaan juga disebut nilai buku dan mengukur kesehatan keuangan perusahaan.

Jika total kewajiban lebih besar dari total aset, perusahaan akan memiliki ekuitas pemegang saham negatif. Saldo negatif dalam ekuitas pemegang saham adalah tanda bahaya investor harus menyelidiki perusahaan lebih lanjut sebelum membeli sahamnya.

Dalam kasusnya GIAA, ekuitas negatif ini sebagai akibat dari dua hal yakni akumulasi kerugian dan pinjaman yang tinggi dari penyewaan pesawat.

Akumulasi kerugian selama beberapa periode atau tahun dapat mengakibatkan ekuitas pemegang saham negatif. Dalam bagian ekuitas pemegang saham dari neraca, laba ditahan adalah saldo yang tersisa dari laba, atau laba bersih, yang disisihkan untuk digunakan membayar dividen, mengurangi utang, atau menginvestasikan kembali di perusahaan.

Dalam hal terjadi kerugian bersih, kerugian tersebut dibawa ke dalam saldo laba sebagai angka negatif dan dikurangkan dari saldo laba ditahan dari periode sebelumnya.

Akibatnya, ekuitas pemegang saham negatif dapat berarti perusahaan telah mengalami kerugian untuk beberapa periode, sedemikian rupa sehingga laba ditahan yang ada, dan dana yang diterima dari penerbitan saham terlampaui.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper