Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) mencetak pertumbuhan pendapatan yang melejit sepanjang 2021. Selain itu, laba bersih perseroan juga turut terdongkrak dua kali lipat.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, pendapatan bersih Chandra Asri meningkat 43 persen YoY menjadi US$2.580,4 juta dari US$1.806,4 juta pada 2020 akibat dari harga jual rata-rata yang lebih tinggi di semua produk.
EBITDA meningkat secara signifikan menjadi US$356,2 juta dibandingkan dengan US$186,7 juta pada 2020 terutama karena peningkatan spread dan realisasi strategi ketahanan keuangan Perseroan.
Margin EBITDA juga meningkat menjadi 13,8 persen dari 10,3 persen pada 2020 yang mencerminkan margin yang lebih baik dan lebih sehat.
Emiten bersandi TPIA ini mencatat laba bersih setelah pajak sebesar US$152 juta naik 194,9 persen dibandingkan dengan US$51,5 juta pada 2020 terutama didukung oleh kombinasi pemulihan permintaan dan marjin yang lebih kuat.
Likuiditas juga lebih kuat sebesar US$2.5 miliar yang terdiri dari US$2 miliar dalam bentuk kas dan setara kas, US$225,7 juta Fasilitas Committed Revolving Credit yang tersedia, dan US$264,6 juta dalam surat berharga.
Baca Juga
Pada akhir 2021, perseroan membukukan rasio utang bersih terhadap EBITDA sebesar -2.6x atau posisi kas bersih.
Direktur SDM dan Urusan Korporat Chandra Asri Petrochemical Suryandi menuturkan 2021 merupakan tahun yang penting bagi Chandra Asri.
"Perseroan berhasil mempertahankan kelangsungan usaha, mencapai keunggulan operasional, dan ketahanan finansial yang berkelanjutan," urainya dalam keterangan resmi, Selasa (15/3/2022).
TPIA mempertahankan standar operasional dan keselamatan yang tinggi, dengan pelaksanaan pengurangan biaya struktural yang efektif melalui transformasi digital.
"Kami telah lebih meningkatkan profil jatuh tempo utang Perseroan, mengoptimalkan struktur modal, dan mengurangi biaya bunga rata-rata tertimbang, dan mengakhiri tahun dengan kas dan setara kas US$2.021,1 juta," katanya.
Kontribusi pendapatan terutama datang dari penjualan polyolefins yang sebesar US$1,63 miliar naik 30,1 persen dibandingkan dengan periode 2020 yang sebesar US$1,25 miliar.
Penjualan olefin juga meningkat sebesar 52,9 persen menjadi US$356,1 juta pada 2021 dari US$232,9 juta pada 2020. Sedangkan penjualan Styrene Monomer juga meningkat 92,2 persen menjadi US$361,1 juta dari US$187,8 juta.
Pertumbuhan penjualan tertinggi dicatat oleh MTBE dan Butene-1 yang naik 376,2 persen menjadi US$46,9 juta pada 2021 dari RpUS$9,8 juta pada 2020.
Sisanya, penjualan Butadiene naik 58,2 persen menjadi US$174,7 juta dan sewa tangki dan dermaga yang turun 24,4 persen menjadi US$7,1 juta.