Bisnis.com, JAKARTA - Emiten-emiten sektor ritel terdampak akibat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, yang dilanjutkan dengan PPKM Level 3 dan 4 di kuartal III/2021.
Pelonggaran PPKM serta semakin dekatnya periode libur Natal dan Tahun Baru di kuartal IV/2021 menjadi harapan bagi emiten di sektor ini untuk memperbaiki kinerja.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, kondisi pandemi yang tidak pasti juga memberikan ketidakpastian akan pulihnya kinerja emiten ritel di kuartal IV/2021.
"Kalau misalnya Covid-19 tidak bisa dikendalikan, PPKM akan diperpanjang. Ketika PPKM diperpanjang, akan muncul penundaan konsumsi," kata Nico dihubungi, Jumat (10/9/2021).
Menurutnya, hal ini menjadi salah satu perhatian, karena emiten di sektor ritel mempunyai ketergantungan terhadap seberapa besar Covid-19 bisa dikendalikan.
Akan tetapi, menurut Nico, Covid tidak selamanya akan menjadi penghalang. Selama emiten ritel mampu bertransformasi ke digital, maka emiten tersebut akan memiliki daya tahan yang lebih besar daripada emiten yang hanya mengandalkan toko konvensional.
Baca Juga
Sebagai informasi, emiten peritel seperti PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA), melakukan kolaborasi digital dengan Gojek, Grab, hingga Tokopedia. Selain itu, MPPA juga mengalihkan bisnis B2B perseroan ke konsumen akhir.
Sementara itu, emiten peritel fesyen PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) memiliki strategi berbeda. Perseroan akan fokus mengembangkan bisnis omnichannel mereka.
Adapun untuk emiten yang mengandalkan masyarakat berpenghasilan rendah seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), menurut Nico masih akan kesulitan melakukan penjualan.
"Sejauh ini, yang terkena dampak penurunan daya beli masyarakat menengah bawah. Pertanyaannya, seberapa besar mereka mau spending, sedangkan perekonomian sedang tidak pasti," ujar dia.
Adapun Nico merekomendasikan untuk beli saham MPPA di target harga Rp1.350 dan RALS di target harga Rp750.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.