Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Penjualan Turun, KFC Indonesia (FAST) Bisa Transaksi Aset Rp104 Miliar

Setelah transaksi ini diselesaikan pada 28 Desember 2020, pemilik merek dagang KFC Indonesia ini akan mendapatkan bangunan kantor baru siap pakai.
KFC/Istimewa
KFC/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Entitas Grup Salim yang bergerak di bidang restoran makanan cepat saji PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) menyelesaikan transaksi aset bangunan gedung siap pakai senilai Rp104 miliar.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Fast Food Indonesia Dalimin Juwono menjelaskan bahwa transaksi ini menguntungkan perseroan karena FAST tidak harus mengeluarkan dana yang besar, sehingga cash flow tetap terjaga.

Lagipula, aset yang ditukar memiliki luas yang lebih kurang sama dengan total luas tanah bangunan kantor utama FAST yang seluas 2.011 meter persegi. Berdasarkan perhitungan luas yang dilakukan penilai aset, FAST akan mendapatkan bangunan komersil dari RG seluas 1.985 meter persegi.

"Dibandingkan dengan aset tanah residensial yang ditukar oleh FAST, kini perseroan memiliki bangunan komersil yang memiliki peningkatan harga lebih baik dan fungsinya pun lebih luas," paparnya di situs BEI, Rabu (30/12/2020)

Dalimin mengatakan perseroan melakukan transaksi tukar-menukar aset tanah dan bangunan dengan Ricardo Gelael selaku direktur utama emiten dengan kode saham FAST tersebut.

“Perseroan menukar aset tanah residensial yang dimilikinya dengan aset komersial berupa tanah dan bangunan kantor yang dimiliki oleh RG,” imbuhnya.

Setelah transaksi ini diselesaikan pada 28 Desember 2020, pemilik merek dagang KFC Indonesia ini akan mendapatkan bangunan kantor baru siap pakai yang dapat digunakan perseroan untuk mendukung para pekerja fungsi support untuk operasional restoran.

Adapun, transaksi tukar-menukar aset tersebut tercatat senilai Rp104,20 miliar. Oleh karena dilakukan dengan dewan direksi, transaksi ini termasuk dalam transaksi afiliasi.

Sebelumnya, Dalimin Juwono mengatakan kerugian yang diderita oleh perseroan hingga sembilan bulan pertama tahun ini kemungkinan akan berlanjut hingga akhir tahun. Sehingga, perseroan meramalkan pemulihan akan mulai terjadi pada awal tahun depan.

“Kami membuat rencana pembukaan gerai baru brand store sebanyak 25 gerai, dengan proyeksi penjualan sebanyak Rp7 triliun, kurang lebih sama dengan tahun 2019,” ungkapnya dalam paparan publik virtual, Kamis (10/12/2020).

Target angka ini setara dengan pertumbuhan pendapatan 38,9 persen secara tahunan pada 2021 mendatang.

Optimisme manajemen didorong oleh sentimen vaksin Covid-19 yang akan segera didistribusikan di Indonesia yang kemungkinan mendongkrak kenaikan penjualan di gerai KFC seluruh Indonesia. Juwono meramal kinerja perseroan hingga akhir tahun ini kemungkinan masih akan merugi.

Lebih lanjut, Direktur Fast Food Indonesia Shivashish Pandey mengatakan terdapat 33 gerai KFC Indonesia yang tidak beroperasi hingga saat ini karena berada tepat di lokasi transit lalu lalang orang seperti bandara dan stasiun yang disarankan untuk tidak beroperasi terlebih dahulu.

Di sisi lain, perseroan juga banyak menonaktifkan gerai yang berada di gedung pusat perbelanjaan dan properti lainnya karena kebijakan pengelola gedung tempat gerai berada.

“Kami sudah lakukan beberapa inisiatif pengurangan biaya termasuk operasional, gaji, rental, listrik. Tapi kita tetap dapat kerugian Rp20 miliar sampai Rp30 miliar sebulan,” ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Adapun, perseroan memang gencar melakukan promosi seperti diskon 50 persen untuk beberapa hari dalam satu minggu. Promosi ini dianggap mampu mendorong kenaikan penjualan selama periode pandemi seperti saat ini.

“Penjualan kita turun 30-35 persen karena gerai kita yang ada di mall. Kita punya 233 gerai di mall dimana semua penjualan turun, sementara gerai freestanding dan in-line penurunannya tidak begitu berat hanya 15-20 persen,” sambungnya.

Penurunan pendapatan ini diakibatkan oleh limitasi pelayanan orang yang hanya sebesar 50 persen dari kapasitas gedung dan perubahan jam operasional di masa PSBB.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper