Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi ekonomi pada 2021 yang diharapkan lebih baik menjadi harapan bagi emiten kontraktor BUMN Karya untuk kembali memoles kinerja.
Di sisi lain, Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja mengamanatkan pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) untuk pendanaan pembangunan.
Prospek tahun depan bagi sektor konstruksi, khususnya setelah penemuan vaksin Covid-19, tampak lebih cerah karena sejumlah proyek dapat beroperasi normal dan pendanaan dari pemerintah kembali ke sektor infrastruktur.
Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan baru-baru ini merevisi naik rekomendasi saham sektor konstruksi menjadi overweight dari sebelumnya netral ditopang oleh harapan pemulihan pada tahun depan.
Dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, Rudy menuliskan pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) seperti diamanatkan dalam Omnibus Law UU Cipta Kerja oleh pemerintah menjadi katalis positif bagi seluruh emiten kontraktor pelat merah.
“Kami meyakini SWF dimaksudkan untuk menarik investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) dan mendukung perekonomian di tengah pandemi yang akan menjadi katalis positif khususnya untuk BUMN pada 2021,” tulis Rudy, seperti dikutip pada Minggu (8/11/2020).
Baca Juga
Pemerintah dikabarkan bakal menyuntikkan modal hingga Rp75 triliun yang mana Rp30 triliun berasal dari kas, aset negara, saham BUMN, serta pendapatan negara.
Pada tahap awal, SWF diperkirakan dapat menggalang dana hingga Rp225 triliun. Sejauh ini, lanjut Rudy, Uni Emirat Arab, International Development Finance Corporation (IDFC), dan Sofrbank telah berkomitmen untuk menyediakan US$52 miliar ke dalam SWF.
Selain sentimen dari SWF, Rudi melihat anggaran pemerintah untuk sektor infrastruktur akan kembali pada 2021 setelah bergeser ke penanganan Covid-19 pada tahun ini. Adapun, anggaran infrastruktur dari pemerintah pada tahun depan mencapai Rp414 triliun atau naik 47,28 persen secara tahunan.
"Anggaran ini sebagian besar akan digunakan untuk menopang kawasan ekonomi khusus dan pariwisata, yang akan digelontorkan lewat Kementerian PUPR mencapai Rp149,8 triliun atau naik 98,15 persen secara tahunan," tulis Rudy.
Rudy pun merekomendasikan beli untuk semua saham emiten BUMN Karya yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dengan target harga Rp790 per saham, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) Rp1.160 per saham, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) Rp930 per saham, dan PT Wijaya Karya (Persero) (WIKA) Rp1.350 per saham.
Di lantai bursa, saham ADHI memimpin penguatan pada akhir perdagangan sesi I Senin (9/11/2020) dengan kenaikan 4,17 persen menjadi Rp625 per saham.
Saham WSKT juga menguat 3,33 persen menjadi Rp775 per saham, PTPP naik 1,07 persen menjadi Rp945 per saham, dan WIKA terapresiasi 0,81 persen menjadi Rp1.250 per saham.