Bisnis.com, JAKARTA – Emiten manajer investasi, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. membukukan penurunan laba pada periode 12 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2020.
PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. sebagai bagian dari Ashmore Group Plc. asal Inggris menggunakan pencatatan laporan keuangan dengan tahun buku per 30 Juni.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, emiten bersandi saham AMOR ini membukukan laba bersih senilai Rp79,56 miliar atau turun 8,02 persen dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp86,50 miliar.
Penurunan laba tersebut mengikuti pendapatan yang terdepresiasi 9,47 persen menjadi Rp279,82 miliar dari sebelumnya Rp308,88 miliar.
Pendapatan bersih yang berkurang tersebut disebabkan oleh penurunan dana kelolaan terutama sejak Februari 2020.
Total dana kelolaan atau asset under management (AUM) dari produk reksa dana tercatat senilai Rp22,78 triliun pada akhir Juni 2020, turun 17,79 persen sebesar Rp4,9 triliun dibandingkan posisi akhir Juni 2019 senilai Rp27,71 triliun.
Baca Juga
Penurunan dana kelolaan tersebut sebagian besar disebabkan oleh depresiasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 22,9 persen pada periode yang sama.
Selanjutnya, laba sebelum beban bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tercatat turun sebesar 13,4 persen dan menyebabkan posisi marjin pada periode satu tahun berada pada level 54 persen, turun dari 57 persen pada Juni 2019.
CEO Ashmore AM Ronaldus Gandahusada mengatakan realisasi kinerja perseroan tak bisa mengelak dari dampak pandemi Covid-19 di pasar modal.
“Namun demikian, struktur usaha perusahaan terbukti mampu bertahan dan berhasil mengatasi tantangan-tantangan operasional yang disebabkan oleh situasi tersebut di semester kedua tahun buku dan tetap membukukan marjin operasional yang sehat,” tulis Ronaldus dalam keterangan resmi, Jumat (11/9/2020).
Adapun, manajer investasi yang merupakan bagian dari Ashmore Group Plc. di Inggris ini melihat valuasi pasar saham di negara berkembang (emerging market) masih lebih menarik dibandingkan dengan negara maju.
Investor asing pun diperkirakan bakal kembali dengan alokasi dana yang lebih tinggi setelah memasang posisi underweight saat ini.
“Secara khusus, Indonesia akan diuntungkan oleh kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung pemulihan ekonomi,” imbuh Ronaldus.
Ashmore AM memperkirakan potensi pemulihan ekonomi di Indonesia pasca pandemi akan lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya.
Selain itu, peraturan Omnibus Law juga diperkirakan bisa memperkuat ketahanan mata uang rupiah.