Bisnis.com, JAKARTA — Emiten media PT Surya Citra Media Tbk. melaporkan hasil realisasi rencana pembelian kembali atau buyback saham perseroan yang berlangsung sejak akhir 2018.
Lewat keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (6/8/2020), Corporate Secretary Surya Citra Media Gilang Iskandar menuturkan perseroan telah melaksanakan pembelian kembali saham sejak 5 Desember 2018 hingga 30 Juli 2020.
Langkah itu sehubungan dengan telah disetujuinya rencana itu dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) serta rencana buyback dalam kondisi pasar yang berfluktuasi signifikan.
Gilang melaporkan jumlah saham yang dibeli melalui aksi korporasi itu sebanyak 619,43 juta lembar. Jumlah itu setara dengan 4,193 persen dari modal disetor dalam perseroan.
“Total biaya pembelian kembali berkisar Rp583,93 miliar,” jelasnya seperti dikutip, Kamis (6/8/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten berkode saham SCMA itu bergerak fluktuatif sepanjang periode berjalan 2020. Pergerakan menyentuh level resistance Rp1.625 dan support Rp600 secara year to date (ytd).
Baca Juga
Laju saham SCMA terkoreksi 12,77 persen ke level Rp1.230 secara ytd hingga Kamis (6/8/2020) pukul 14:00 WIB. Total kapitalisasi psar yang dimiliki senilai Rp18,10 triliun.
Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dengan target harga Rp1.440.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan rekomendasi tersebut berdasarkan kinerja perseroan di kuartal II/2020 yang sesuai dengan proyeksi serta potensi pertumuhan kinerja emiten media itu di paruh kedua 2020.
“Target harga baru kami Rp1.440 dari yang semula Rp1.370. Ini didasarkan pada EPS 16x PE dan 2021F yang tidak berubah,” tulisnya dalam riset harian yang dikutip Bisnis, Rabu (5/8/2020).
Menurutnya, pendapatan SCMA telah meningkat sejak Juli, salah satunya karena perseroan berhasil memperoleh banyak kontrak siaran acara langsung dengan slot antara 1-2 jam.
Christine menilai ini karena SCMA menawarkan berbagai jenis platform periklanan, termasuk TV, manajemen acara, dan online, yang semuanya bersinergi bersama sehingga menjadi kesepakatan yang bagus bagi kliennya.
“SCMA sangat optimis tentang pendapatan kuartal III/2020 mereka, meskipun pada awalnya ada kemungkinan turun 22 persen yoy, tapi dengan perkembangan ini kami memprediksi pertumbuhan kuartal III/2020 akan datar secara tahunan,” tutur dia.
Untuk paruh pertama 2020 sendiri, SCMA mencatatkan pendapatan Rp2,36 triliun, turun 14,46 persen dibandingkan pendapatan semester I/2019 yang sebesar Rp2,76 triliun. Adapun laba perseroan tercatat sebesar Rp600 miliar, turun 23,27 persen yoy.
Di sisi lain, perseroan berhasil menekan pengeluarannya. Beban program dan siaran tercatat menyusut 22,02 persen secara yoy, menjadi Rp988 miliar dari yang semula Rp1,26 triliun. Begitu pula beban usaha turun 6,46 persen dari Rp640 miliar menjadi Rp565 miliar.
Perseroan banyak memainkan tayangan ulang (rerun) sinetron yang bersumber dari perpustakaannya selama kuartal tersebut, dan menunda pembayaran untuk semua program olahraga karena tidak ada pertandingan langsung, dan mengurangi biaya operasional.
Sembari mempertahankan pengeluarannya, perseroan berhasil memproduksi 4 jam sinetron di kuartal III/2020 dan berencana untuk menyeimbangkan pemeliharaan pangsa pemirsa melalui produksi konten segar dan permintaan iklan.