Bisnis.com, PEKANBARU - Indeks Hang Seng sebagai indeks acuan saham di Hong Kong akan memasukkan saham dual class dan secondary listing ke dalam daftar konstituennya. Hal itu diharapkan dapat memberikan tenaga kepada indeks yang kian hari kian melempem ini.
Mengutip Bloomberg, Hang Seng Indexes Co. mengumumkan perubahan aturan bobot saham tersebut pada Senin (18/5/2020). Dengan masuknya saham-saham dual class dan secondary listing ke dalam indeks Hang Seng, diharapkan dominasi saham sektor keuangan bakal berkurang.
Saham dual class dan secondary listing merupakan saham yang didaftarkan di dua bursa efek sekaligus seperti saham milik Alibaba Group Holding Ltd. yang tercatat di Bursa New York dan Bursa Hong Kong.
HSI menyampaikan langkah terbarunya itu diambil setelah mendapat dukungan dari pelaku pasar. Adapun, perubahan tersebut akan berlaku saat indeks Hang Seng ditinjau pada Agustus 2020 dan hanya berlaku bagi emiten yang berasal dari China daratan dengan bobot free float 5 persen.
HSI menambahkan bahwa saham-saham yang memiliki hak suara, biasanya dimiliki oleh pendiri perusahaan, tidak akan dihitung ke dalam free float dan tidak akan memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam indeks Hang Seng.
Adapun, saham dual class sebelumnya tidak diperbolehkan tercatat di Hong Kong dengan pertimbangan dapat memunculkan hak suara menjadi tidak adil dalam RUPS.
Baca Juga
Namun demikian, Xiaomi Corp. menjadi emiten pertama yang menggunakan aturan pencatatan dual class shares di Hong Kong pada 2018 diikuti Alibaba pada 2019.
“Ini mengejutkan bahwa bobot free float untuk masuk indeks Hang Seng dibatasi 5 persen. Tapi ini masuk akal karena pengelola indeks mungkin ingin mengambil langkah bertahap untuk menghindari perubahan mendadak di indeks Hang Seng, mengingat perusahaan tekno memiliki market cap yang besar sekali,” kata Kenny Wen, seorang wealth management strategist di Everbright Sun Hung Kai Co.
Bloomberg menilai langkah HSI tersebut akan berpengaruh terhadap dana pensiun dan produk reksa dana ETF (exchange-traded fund) dengan nilai total investasi US$30 miliar yang menggunakan indeks Hang Seng sebagai acuan.
Michael Chan, Managing Director Gain Miles MPF Consultant Ltd., mengatakan para manajer investasi yang mengelola dana pensiun maupun reksa dana mau tak mau harus mengikuti penyesuaian yang dilakukan HSI tersebut.
Sejauh ini, hampir separuh dari bobot indeks Hang Seng berasal dari saham-saham sektor keuangan. Hal itu berbeda dengan indeks acuan di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan China yang hanya memiliki rata-rata 15 persen saham keuangan di dalam indeks kompositnya.