Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kaca PT Mulia Industrindo Tbk. (MLIA) menilai pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat menjadi kesempatan bagi perseroan untuk menguasai pasar domestik.
Produsen kaca lembaran, botol minuman dan glass block tersebut menyatakan 70 persen pendapatan perseroan disumbang oleh penjualan dalam negeri sehingga dampaknya sendiri sangat minim bagi perseroan.
Director & Corporate Secretary Mulia Industrindo Henry Bun mengatakan kenaikan kurs rupiah terhadap dolar AS memiliki risiko berimbang karena perusahaan juga menerapkan fasilitas natural hedging untuk pembelian bahan baku.
“Bahan baku kita 40 sampai 50 persen impor. 50 persen cost produksi dengan mata uang asing. Utang, kita sudah lama tidak ada pinjaman menggunakan mata uang asing," ujar Henry kepada Bisnis, Rabu (18/3/2020).
Dengan tujuan utama ekspor di kawasan Asia seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, Australia dan beberapa negara di Afrika, perseroan mengakui sampai dengan kuartal I/2020, perseroan belum menemukan banyak gangguan. Namun, dengan pemberlakuan lockdown di beberapa negara kemungkinan penurunan pendapatan bisa terjadi.
Dengan begitu, sebagai langkah antisipasi perseroan mulai bertumpu pada penjualan dari dalam negeri.
Baca Juga
“Kalau botol minuman sebenarnya tidak terlalu berpengaruh karena botol itu bahan pengemasan. Potensi glass block juga masih cukup baik karena di Indonesia cuma Mulia saja yang produksi,” imbuhnya.
Dengan melemahnya rupiah ke level psikologisnya yakni Rp15.000, perseroan meyakini impor glass block dan kaca lembaran akan melambat karena harganya yang sudah cukup mahal. Pelambatan importasi ini yang dianggap perseroan bisa menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan dari pasar domestik.