Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) optimistis membukukan perbaikan kinerja pada semester II/2018 seiring dengan membaiknya cuaca dan pemulihan produksi.
Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo menyampaikan, pada kuartal I/2018 perusahaan membukukan penjualan minyak kelapa sawit atau CPO sebesar 81.899 ton, turun dari kuartal I/2017 sejumlah 97.750 ton.
Produksi CPO juga menurun 19% year-on-year (yoy) menjadi 80.340 ton dari sebelumnya 99.160 ton. Adapun, produksi tandan buah segar (TBS) per Maret 2018 mencapai 295.605 ton, turun 24% yoy dari sebelumnya 388.964 ton.
"Penurunan produksi sudah diprediksi perseroan karena kondisi cuaca kembali normal setelah El Nino. Pada 2017 produksi melonjak setelah sebelumnya terdampak El Nino," tuturnya, Senin (30/4/2018).
Namun demikian, Oil Extration Rate (OER) meningkat menjadi 23,79% dari sebelumnya 21,90%. Kadar Free Fatty Acid pun berkurang menuju 2,84% dari sebelumnya 3,30%, sehingga produk DSNG masuk dalam kategori super CPO.
Menurunnya kinerja operasional membuat perusahaan membukukan pendapatan senilai Rp962,93 miliar pada kuartal I/2018. Nilai itu melemah 23,05% yoy dari sebelumnya Rp1,25 triliun.
Andrianto mengungkapkan, harga jual rata-rata produk CPO juga merosot menjadi sekitar Rp7,7 juta per ton. Padahal pada kuartal I/2017 harga jual mencapai Rp8,8 juta per ton.
Sementara itu, DSNG mencatatkan EBITDA sebesar Rp242 miliar, turun 32% yoy. Namun, perseroan berhasil memertahankan margin EBITDA di level 25% dari kuartal I/2017 senilai 28%.
Laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp50,07 miliar. Nilai itu merosot 58,15% yoy dari sebelumnya Rp119,66 miliar.
Andrianto optimistis kinerja perusahaan akan membaik pada semester II/2018 seiring dengan pemulihan produksi TBS dan makin luasnya jumlah kebun produktif.
Per Maret 2018, jumlah kebun menghasilkan milik perseroan mencapai 79.101 hektare dari total lahan tertanam 90.288 hektare. Usia pohon rata-rata ialah 9,6 tahun.
Sebelumnya, Direktur Dharma Satya Nusantara Timotheus Arifin mengatakan, industri CPO masih sangat prospektif ke depannya. Pasalnya, permintaan minyak nabati secara global terus mengalami peningkatan.
CPO juga menjadi minyak nabati dengan efisiensi penggunaan lahan paling tinggi. Sebagai perbandingan, hasil minyak sawit dari satu hamparan perkebunan 9 kali lebih banyak dibandingkan luasan yang sama pada minyak kedelai.
"Tren permintaan minyak nabati selalu bertambah. CPO masuk ke dalam bagian minyak nabati itu," ujarnya, Senin (2/4/2018).
Dia memperkirakan puncak produksi pohon kelawa sawit perusahaan berkisar 5-6 tahun ke depan. Pasalnya, lahan kebun perseroan yang belum menghasilkan masih cukup luas.