Bisnis.com, JAKARTA--Emiten komoditas PT Petrosea Tbk. (PTRO) memangkas belanja modal tahun ini seiring pengereman ekspansi akibat harga komoditas yang masih rendah.
Direktur Keuangan Petrosea M. Kurnia Ariawan mengatakan belanja modal (capital expenditure/Capex) pada tahun lalu disiapkan US$65 juta untuk pembangunan dermaga penunjang jasa minyak dan gas di Kariangau, Kalimantan Timur.
"Belanja modal tahun ini akan turun signifikan," katanya usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Dia mengungkapkan, anggaran belanja modal tahun ini bakal digunakan untuk membiayai kontrak-kontrak baru dengan PT Indoasia Cemerlang, PT Maruwai Coal, PT Indonesia Bulk Terminal, dan PT Freeport Indonesia.
Emiten berkode saham PTRO tersebut juga memerkirakan pendapatan tahun ini bakal sama dengan perolehan pada periode 2015. Tahun lalu, pendapatan perseroan merosot 40,6% menjadi US$206,8 juta dari sebelumnya US$347,9 juta.
Perseroan juga menargetkan akan memangkas kontribusi sektor tambang batu bara menjadi hanya 65% dari tahun sebelumnya 85%. Kontribusi lini aktivitas bisnis kontrak pertambangan tahun lalu melorot menjadi 70,76% dari periode 2014 yang mencapai 84,54%.
"Penurunan sektor batu bara ditargetkan bertahap," tuturnya.
Anak usaha PT Indika Energy Tbk. (INDY) tersebut, merinci pendapatan yang diperoleh dari segmen usaha. Lini usaha rekayasa & manajemen proyek (EPM), dan jasa minyak & gas bumi, Petrosea logistic & support services (PLSS) naik 10,97% menjadi US$59,67 juta.
PLSS menghasilkan US$32,94 juta pada tahun lalu. Sedangkan, EPM tumbuh 47,27% menjadi US$26,73 juta. Lini kontrak tambang batu bara tahun lalu mencapai US$146,35 juta.
Volume pengupasan lahan pada tahun lalu juga turun 49,72%, Penurunan disebabkan oleh penghentian kontrak lebih awal dari Gunung Bayan Pratama Coal dan Adimitra Baratama Nusantara, serta keputusan penundaan kegiatan lokasi tambang batu bara Santan sejak Maret 2014.
Sepanjang tahun lalu, Petrosea mencatatkan kinerja yang terbilang kusam. Perseroan harus mendulang rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$12,47 juta dibandingkan periode sebelumnya yang masih laba US$2,07 juta.