Bisnis.com, JAKARTA—Harga nikel mencapai level tertinggi dalam tujuh pekan di bursa London di tengah kekhawatiran Filipina akan mengikuti kebijakan larangan ekspor konsentrat seperti yang diberlakukan Indonesia.
“Pemerintah Filipina harus bergerak maju melarang ekspor konsentrat mineral,” ujar Menteri Lingkungan Ramon Paje. Menurutnya, dengan kebijakan itu maka pemrosesan logam di dalam negeri akan meningkat.
Indonesia melarang eskpor konsentrat pada Janurai lalu. Kedua negara tercatat hampir 20% penghasil nikel dunia selama Juni, menurut data yang dikumpulkan Bloomberg Intelligence.
“Meski soal waktunya belum jelas, pengumuman atas rencana itu telah mem buat pasar heboh,” ujar Daniel Briesemann, analis pada Commerzbank AG sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (5/9/2014).
Dia menambahkan bahwa jika larangan ekspr dilakukan secara simultan maka harga nikel akan naik secara signifikan.
Harga nikel untuk pengiriman tiga bulan menguat 1,9% menjadi US$19.435 per metrik ton pukul 12:36 di bursa London Metal Exchange setelah sebelumnya menyentuh angka US$19.480 atau harga tertinggi sejak 14 Juli.
Flipina mulai menggantikan posisi Indonesia sebagai pemasok bijih nikel terbesar ke China. Negara tersebut merupakan konsumen logam terbesar dunia yang digunakan untuk membuat baja anti karat.