Bisnis.com, TOKYO—Meskipun sempat tertahan di bawah harga US$7.000 per metrik ton, harga tembaga diprediksi akan kembali mengalami kenaikan karena stok logam tersebut jatuh ke titik terendah dalam enam tahun terakhir.
Selain itu, spekulasi akan meningkatnya permintaan di China kian berhembus kencang setelah inflasi berada di bawah target. Alhasil, ada ruang untuk pelongaran kebijakan ekonomi di negara tersebut.
Berdasarkan pantauan London Metal Exchange (LME), stok tembaga tahun ini telah turun hingga 61% menjadi 142.275 ton atau menjadi yang terendah sejak Juli 2008.
Adapun menurut Shanghai Futures Exchange, pada pekan lalu persediaan logam ini turun 6,9% ke 100.946 ton.
Gavin Wendt, analis sekaligus pendiri Sydney-based Mie Life Pty., mengatakan bahwa rendahnya persediaan tembaga dan tingkat inflasi di China yang berada di bawah target pemerintah telah menjadi hal yang positif untuk harga tembaga.
“Hal ini memungkingkan ruang lebih lanjut bagi pemerintah untuk bergerak dalam hal stimulus tanpa memiliki dampak inflasi yang signifikan,” ujarnya seperti diansir Bloomberg, Senin (11/8/2014).
Tembaga untuk pengiriman tiga bulan di LME pada penutupan akhir pekan sempat turun US$4 atau 0,06% ke level US$6.995 per metrik ton.