BISNIS.COM, JAKARTA—Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Petrosea Tbk (PTRO) memangkas belanja modal tahun ini menjadi hanya sekitar US$20—US$25 juta, turun lebih dari 80% dari belanja modal tahun lalu sebesar US$149 juta.
Berdasarkan data perseroan, belanja modal tahun lalu US$149 juta, turun 4% dari 2011 sebesar US$156 juta. Selama kuartal I/2013, belanja modal hanya US$12,3 juta, turun 67% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$37,5 juta.
Direktur Petrosea Mochamad Kurnia Ariawan mengatakan perseroan tidak akan membelanjakan banyak uang tahun ini di tengah bisnis batu bara yang belum pulih. Direktur Petrosea Alexei Jerome Jovellana menambahkan belanja modal digunakan untuk kegiatan rutin saja.
“Belanja modal kebanyakan hanya untuk maintenance aja, kami ngga akan spending banyak tahun ini,” ujar Jerome di sela-sela acara paparan publik, Senin (6/5).
Meski belanja modal sedikit, perseroan masih ada dana US$24,63 juta untuk tambahan modal kerja (working capital) tahun ini. Hal itu diketahui dalam hasil RUPS Tahunan yang digelar Senin (6/5).
Presiden Direktur Petrosea Eddy Junaedy Danu mengatakan RUPS menyetujui rencana transaksi material berupa fasilitas pinjaman lanjutan yang berasal dari hasil penerbitan obligasi 2023 hingga sebesar-besarnya US$140 juta yang akan diperoleh dari Indika Capital.
Petrosea akan menerima pinjaman dan menggantikan posisi Indika Capital selaku debitur terhadap Indo Energy Capital (IEC) II BV berdasarkan Perjanjian Pinjaman Lanjutan.
“Sebesar US$115,36 juta akan digunakan sebagai harga penebusan, yaitu sebesar 104,875% dari nilai pokok sesuai dengan opsi penebusan obligasi 2016 untuk melunasi pinjaman awal. Sisanya sekitar US$24,63 juta akan digunakan sebagai tambahan modal kerja,” ujar Eddy.
Rencananya, US$115,36 juta itu akan dibayarkan November mendatang. Dengan transaksi ini, perseroan dapat meminimalisir risiko likuiditasnya di mana perseroan akan mendapat dana dari fasilitas kredit jangka panjang untuk melakukan pelunasan terhadap pinjaman awal yang akan jatuh tempo pada 2016, tanpa mengganggu modal kerja perseroan.
Di samping itu, Pinjaman Lanjutan memiliki suku bunga 7,165% per tahun, lebih rendah dari suku bunga Pinjaman Awal 9,85% per tahun. Sehingga, perseroan bisa menghemat beban bunga 2,69% per tahun atau US$3,76 juta per tahun. Adapun jatuh tempo fasilitas pinjaman lanjutan ini adalah pada 24 Januari 2023.
Selain itu, RUPS juga menyetujui pembagian dividen US$7 juta atau US$0,00694 per lembar saham. Sisa laba bersih nantinya akan dibukukan sebagai laba ditahan guna memperkuat permodalan perseroan. (mfm)