Arkora Hydro (ARKO)
Di satu sisi, emiten pembangkist listrik energi terbarukan PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) justru mencatatkan pendapatan dan laba bersih yang sama-sama meningkat.
Pendapatan ARKO meningkat 42,1% YoY menjadi Rp142,5 miliar pada paruh pertama tahun ini. Sejalan dengan itu, ARKO turut membukukan peningkatan 20% laba secara tahunan menjadi Rp36,9 miliar.
Presiden Direktur ARKO Aldo Artoko menerangkan, pertumbuhan kinerja keuangan perseroan terutama didorong oleh peningkatan kapabilitas SDM sehingga mampu membuat kerja lebih efisien dan efektif.
"Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut didukung oleh peningkatan kapabilitas sumber daya manusia di masing-masing site sehingga produksi listrik dapat lebih efektif dan efisien," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (9/8/2025).
Adapun produksi listrik ARKO tembus 74,3 GWh pada semester I/2025, tumbuh solid sebesar 48,9% YoY didukung oleh Proyek Yaentu di Sulawesi Tengah yang baru saja beroperasi pada 4Q24, di samping dua PLTA dalam portofolio yang sudah lama beroperasi, yaitu Proyek Cikopo di Jawa Barat, Proyek Tomasa di Sulawesi Tengah.
Ke depan, Aldo menerangkan, ARKO akan terus menjaga pertumbuhan kinerja keuangan, sembari memperluas kapasitas pembangkit yang kini telah mencapai 261,2 megawatt (MW) dalam pipeline proyek.
Baca Juga
Teranyar, ARKO tengah menargetkan untuk merampungkan dua proyek anyar mereka, seperti Proyek Kukusan II dengan kapasitas 5,4 MW di Lampung dan Proyek Tomoni di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 10 MW.
Saat ini, kedua proyek itu tengah dalam proses konstruksi, mencapai 83,2% untuk Proyek Kukusan II dan 32,9% untuk Proyek Tomoni.
Di lantai Bursa, saham ARKO turut terapresiasi 0,44% ke Rp1.140 pada perdagangan kemarin. Kenaikan harga saham itu melanjutkan kinerja apik sepanjang tahun ARKO yang naik 23,91%.
Maharaksa Biru Energi (OASA)
Di satu sisi, PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) justru mencatatkan kinerja yang lesu, baik dari sisi top line maupun bottom line. Pendapatan usaha OASA susut menjadi Rp24,50 miliar pada paruh pertama 2025 dari Rp39,92 miliar pada periode yang sama 2024.
Susutnya pendapatan OASA berbanding terbalik dengan naiknya beban pokok pendapatan perseroan, yang tercatat sebesar Rp20,88 miliar, naik dari Rp19,63 pada periode Januari–Juni 2024.
Dengan begitu, OASA menjadi berbalik rugi pada paruh pertama 2025. Kerugian OASA mencapai Rp15,47 miliar pada periode Januari–Juni 2025, susut dari laba sebesar Rp1,13 miliar pada periode yang sama 2024.
Direktur Utama OASA Bobby Gafur Umar menerangkan, saat ini pihaknya tengah menunggu Perpres mengenai Program Strategis Nasional. Tahun ini, satu dari tujuh PSN yang dicanangkan pemerintah adalah PSN pengelolaan sampah terpadu.
"Ada beberapa skema yang akan berubah. Keterlibatan pemerintah pusat melalui Danantara selaku motor dari investasi di sektor waste to energy. Dan juga beberapa parameter yang diperbaiki, salah satunya meniadakan biaya layanan pengolahan sampah, dikompensasi menjadi kenaikan harga jual listrik. Diharapkan Perpres baru ini segera keluar," kata Bobby ditemui usai RUPST di Jakarta.
Pada Mei lalu, OASA melalui unit usahanya PT Indoplas Energi Hijau (IEH) bersama partner penyedia teknologi asal China, China Tianying Inc (CNTY) bakal membangun pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Cipeucang, Kota Tangerang Selatan dengan nilai investasi Rp2,65 triliun.
PSEL ini ditargetkan mulai beroperasi 2028 dan beroperasi penuh pada 2029. Nantinya, PSEL Cipeucang akan menghasilkan listrik mencapai 23 megawatt (MW) yang dihasilkan dari hasil kelola sampah mencapai 1.100 ton.
_____
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.