Kinerja Bisnis Emiten Pelayaran
Di tengah ekspansinya, sejumlah emiten pelayaran mencatatkan kinerja laba yang moncer setidaknya sampai semester I/2025. SMDR misalnya membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$29,3 juta, tumbuh 30% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih semester I/2024 sebesar US$22,5 juta.
HUMI mencatatkan laba tahun berjalan mencapai US$5,58 juta per kuartal II/2025, atau tumbuh sebesar 7,74%, dibandingkan pencapaian laba bersih tahun lalu sebesar US$5,18 juta.
Sementara itu, CBRE telah berhasil mencetak labanya Rp900,05 juta pada semester I/2025, berbalik dari rugi sebesar Rp3,81 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Emiten pelayaran lainnya pun mencatatkan kinerja laba kinclong. PT Temas Tbk. (TMAS) mencatatkan laba bersih sebesar Rp286,21 miliar pada semester I/2025, tumbuh 2,13% yoy dibandingkan Rp280,24 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Begitu juga PT Habco Trans Maritima Tbk (HATM) yang mencatatkan kinerja laba naik 31,17% yoy menjadi Rp109,88 miliar pada semester I/2025, dibandingkan Rp83,76 miliar pada semester I/2024.
Meski begitu, deretan emiten pelayaran lainnya mencatatkan kinerja lesu labanya. PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) misalnya mencatatkan kinerja laba yang turun 60,43% yoy menjadi Rp44,41 miliar pada semester I/2025, dibandingkan Rp112,26 miliar pada semester I/2024.
Baca Juga
PT Hasnur Internasional Shipping Tbk. (HAIS) pun mencatatkan kinerja laba yang turun 37,94% yoy menjadi Rp34,96 miliar pada semester I/2025, dibandingkan Rp56,33 miliar pada semester I/2024.
Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan emiten pelayaran mulai bergeliat seiring dengan permintaan pasar yang sudah tinggi. Tercatat, sejumlah emiten pelayaran pun berekspansi menambah jumlah armadanya.
"Penambahan kapal baru dan ekspansi bisnis lainnya itu akan menjadi sentimen positif bagi emiten ke depan khususnya yang berbasis pelayaran," ujar Nafan kepada Bisnis.
Di sisi lain, emiten pelayaran juga masih menghadapi tantangan pergerakan harga komoditas yang relatif volatil serta pertumbuhan ekonomi global yang memberikan dampak pada supply chain.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan saham pelayaran menghadapi tantangan lemahnya konsumsi domestik serta daya beli masyarakat pada tahun ini.
Kinerja bisnis segmen pelayaran juga akan dipengaruhi oleh geliat industri manufaktur Indonesia. Sementara, mengacu laporan S&P Global, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 46,9 pada Juni 2025 dari bulan sebelumnya 47,4.
Dalam laporan terbaru S&P Global, tren kontraksi ini berlanjut sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7. Angka PMI manufaktur ini juga disebut terendah kedua sejak Agustus 2021 yang menunjukkan penurunan sektor produksi.
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.