Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak yang mendingin ditengarai negara-negara OPEC+ ingin menabmah pasokan bakal menjadi beban bagi emiten migas Tanah Air seperti PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) hingga PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG).
Reydi Octa, Pengamat Pasar Modal BNI Sekuritas, mengatakan bahwa tren penurunan harga minyak dalam tiga tahun terakhir memberikan tekanan terhadap kinerja emiten migas.
"Ini terutama untuk emiten yang tidak memiliki diversifikasi sektor energi lain. Walau begitu, saham migas masih dilirik oleh investor karena menjadi menarik secara valuasi atau terlalu murah untuk diabaikan," kata Reydi kepada Bisnis, Selasa (5/8/2025).
Reydi tak menampik pamor saham migas belum sepenuhnya redup. Contohnya adalah aksi beli besar oleh PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM), perusahaan broker milik konglomerat Garibaldi ‘Boy’ Thohir, yang tercatat memborong 100 juta lembar saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) di awal Agustus ini.
"Aksi beli besar yang dilakukan TRIM ke ENRG contohnya baru-baru ini, mengindikasikan potensi yang besar pada sektor ini," ujarnya.
Namun demikian, investor tetap mencermati tantangan dari penurunan harga minyak. PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) bisa menjadi cerminan dampak tersebut. Pada semester I/2025, MEDC membukukan pendapatan sebesar US$1,13 miliar, turun 2,3% secara tahunan (year-on-year/YoY), dengan laba bersih anjlok 81,52% YoY menjadi US$37,36 juta.
Penyebab utama penurunan kinerja MEDC adalah harga realisasi minyak yang turun signifikan menjadi US$69,5 per barel, terkoreksi 14% YoY.
Meski demikian, Reydi menilai MEDC masih memiliki prospek. "MEDC walau kinerja semester I/2025 buruk, tapi memiliki diversifikasi yang beragam seperti gas," ujarnya.
Dalam perkembangan terpisah, ENRG berekspansi mengembangkan blok migas di Malacca Strait, Riau, melalui anak usahanya PT Imbang Tata Alam. Dalam proyek ini, ENRG menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) sebanyak-banyaknya 2,48 miliar saham, dengan potensi dana hingga Rp595,7 miliar.
ENRG juga menambah 25% partisipasi interes di Blok Kangean melalui akuisisi dari Japan Petroleum Exploration Co. Ltd. (JAPEX). Secara bersamaan, ENRG mendivestasikan 50% kepemilikan di Blok Gebang kepada JAPEX, menjadikan perusahaan sebagai pengendali tunggal di Blok Kangean.
"ENRG paling spekulatif di antara lainnya, tetapi patut diperhatikan juga karena ada aksi akumulasi besar baru-baru ini," pungkas Reydi.
Adapun berdasarkan penutupan perdagangan Selasa (5/8/2025), saham ENRG ditutup naik 4,39% ke level Rp595. Sementara itu, MEDC melemah 2,49% ke Rp1.175, PGAS turun 0,61% ke Rp1.625, dan ESSA stagnan di level Rp640.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.