Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di China mengalami kenaikan dipicu langkah pemerintah akan mengetatkan kelebihan pasokan. Hal itu dinilai tidak bertahan lama jika tidak disertai kebijakan untuk mendukung sisi permintaan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg dari China Coal Transportation and Distribution Association, harga batu bara termal spot di pelabuhan utama Qinhuangdao tercatat sebesar 645 yuan atau sekitar $90 per ton pada Rabu (23/7/2025).
Posisi itu sudah naik 4% sepanjang bulan ini. Meskipun demikian, harga masih berada sekitar 25% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Administrasi Energi Nasional (National Energy Administration/NEA) China dikabarkan telah memulai inspeksi di delapan provinsi dan wilayah sepanjang bulan ini.
Inspeksi itu membawa peringatan bahwa mereka dapat menutup tambang batu bara yang beroperasi melebihi batas produksi yang diizinkan.
Sejak kabar pengetatan pengawasan muncul pada Selasa (22/7/2025), harga batu bara kokas berjangka di Dalian melonjak lebih dari 15%.
Analis China Coal Transportation and Distribution Association, Han Lei, mengatakan bahwa para pembuat kebijakan tingkat tinggi perlu memberikan dukungan makroekonomi agar momentum harga tetap terjaga.
“Upaya industri saja tidak cukup,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg, Kamis (24/7/2025).
Adapun, NEA tengah melaksanakan inspeksi selama sebulan penuh, termasuk di pusat-pusat produksi batu bara utama seperti Shanxi, Mongolia Dalam, dan Shaanxi.
Pemberitahuan tersebut pertama kali beredar di media sosial China, dan kemudian dikonfirmasi keasliannya oleh sumber-sumber yang mengetahui hal tersebut. Saham-saham perusahaan tambang sempat menguat setelah berita itu muncul, namun kini mulai stabil.
Pada awal bulan ini, China secara umum berjanji untuk menekan kelebihan kapasitas industri, sebagai bagian dari upaya pemerintah meredam tekanan deflasi yang membebani ekonomi terbesar kedua di dunia.
Kemarin, Bursa Komoditas Dalian mencatat bahwa harga batu bara kokas mengalami "fluktuasi besar" dan mengimbau investor untuk "bertransaksi secara rasional."
Sementara itu, pasar batu bara termal relatif lebih stabil. Segmen ini diperkirakan tidak akan menghadapi tindakan pengetatan produksi secara drastis, mengingat perannya yang krusial dalam pembangkitan listrik dan ketahanan energi.